Laporan Pandangan Mata
Aksi Damai Yayasan Anand Ashram: Seruan Bagi Penyelesaian Masalah di Tibet secara Damai
Tibet sedang menangis…Kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah RRC terhadap Tibet yang dikenal sebagai negeri Atap Dunia sangat memilukan.Untuk itulah aksi damai Seruan Bagi Penyelesaian masalah di Tibet secara Damai dilakukan. Hubungan antara Indonesia-Tibet amatlah erat bila kita belajar dari sejarah. Seperti yang diuraikan oleh Bapak Anand Krishna dalam tulisan Indonesia, Tibet and the secret of ‘terima kasih’ yang dimuat The Jakarta Post, 24 Maret 2008:
For almost a millenium the Tibetans have preserved the missing pages of our history. They have preserved them with a sense of gratitude. What have we done for them? How do we return our gratitude to them?
Aksi damai yang diadakan pada hari Kamis, tanggal 27 Maret 2008 ini diikuti oleh sekitar 50 teman-teman dari Yayasan Anand Ashram dan dilakukan di dua tempat. Tempat pertama adalah di depan Kedutaan Besar Republik Rakyat China (RRC) di kawasan Mega Kuningan. Pada awalnya sempat terbersit rasa khawatir, karena aksi yang dimulai pada pukul 8 pagi ini dibayangi oleh mendung, dan benar saja karena beberapa saat setelah aksi dimulai, rintik hujan mulai turun.
Tapi keajaiban pun terjadi. Ketika Bapak Anand Krishna hadir di lokasi aksi damai, rintik hujan berhenti. Hal ini menambah semangat teman-teman untuk menyanyikan lagu-lagu yang menyuarakan perdamaian agar bergema dan didengar oleh pemerintah RRC. Spanduk besar dibentangkan dengan pesan We Remind You of Our Founding Father’s Slogan & Commitment “FREEDOM TO BE FREE” dan kibaran bendera merah putih semakin menghangatkan suasana. Sebagian teman juga menyebarkan tulisan Guruji yang dimuat di koran The Jakarta Post, yang berjudul Indonesia, Tibet and the secret of ‘terima kasih’ pada pengguna jalan diseputar Kedubes RRC. Bahkan Ibu Liny Tjeris terjun langsung dalam aksi menyebarkan tulisan ini dengan penuh semangat. Beberapa wartawan dari berbagai media baik lokal maupun asing nampak meliput kegiatan ini.
Pada pukul 8.40 aksi dilanjutkan dengan melakukan meditasi Tong-Len, yang berarti meditasi terima dan kasih. Inilah tehnik meditasi yang diajarkan oleh Dharmakirti dari Svarna Dvipa (Sumatera) lebih dari 800 tahun yang lalu kepada Atisha, seorang murid dari India, yang kemudian membawanya ke Tibet. Aksi di Kedubes RRC ini kemudian berakhir pada pukul 8.45 WIB. Namun aksi belum selesai. Tempat kedua yang menjadi lokasi aksi adalah Departemen Luar Negeri di Jl. Taman Pejambon. Segera teman-teman pun meluncur kesana.
Aksi di Departemen Luar Negeri nampak semakin seru. Banyak wartawan yang meliput dan mewawancarai Bapak Anand Krishna dan Ibu Maya Safira Muchtar selaku ketua Yayasan Anand Ashram. Tak lama setelah aksi dimulai, pihak Deplu berkenan menerima Bapak Anand Krishna, ibu Liny Tjeris, ibu Maya Safira Muchtar dan beberapa teman lainnya dari Yayasan Anand Ashram untuk berdialog. Sementara teman-teman lain di depan kantor Deplu terus mengumandangkan pesan-pesan perdamaian lewat lagu-lagu yang ceria dan menggugah.
Dalam pertemuan tersebut ibu Maya sempat menyampaikan desakan agar pemerintah RI mengevaluasi hubungan RI dengan RRC dan agar pemerintah RRC menghentikan kekerasan di Tibet. Ibu Maya juga menyampaikan bahwa banyak kebijakan RRC yang merugikan Indonesia, seperti kebijakan dumping, sehingga diharapkan pemerintah RI tidak diam saja. Bapak Anand Krishna kemudian menyampaikan pula akan komitmen founding fathers kita bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hanya dinikmati oleh Indonesia saja tapi Indonesia juga membantu bangsa-bangsa lain dalam menikmati kemerdekaan itu. Cultural genocide sedang terjadi di Tibet dan mereka membutuhkan bantuan dari kita semua. Bapak Anand Krishna kemudian mengingatkan bahwa di bidang ekonomi, barang-barang produksi RRC banyak merusak infrastruktur industri kita. Pemerintah RRC juga melakukan kamuflase dengan menggunakan sentimen agama untuk menarik simpati penduduk Indonesia yang sebagian besar beragama Islam. Beliau juga menyampaikan pengalaman ketika berkunjung ke China dimana petani di China sendiri juga turut menderita akibat tekanan yang dilakukan oleh pemerintah RRC sehingga sangat disayangkan bila petani dan pedagang kita justru berkiblat ke China. Hal inilah yang membuat hubungan RI-RRC perlu di-review kembali.
Setelah mendengarkan pesan-pesan tersebut, Bapak Abdul Fatah Zainal Minister Counsellor dari Departemen Luar Negeri yang menerima rombongan Yayasan Anand Ashram mengaku merasa tertarik dengan rombongan ini karena datang dari berbagai kelompok masyarakat yang berbeda etnis, agama dan lain-lain. Apalagi setelah mendengarkan uraian mengenai berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh keluarga besar Yayasan Anand Ashram beserta sayap-sayap kegiatannya di berbagai bidang seperti ekonomi dan sosial, beliau semakin kagum. Bapak Abdul Fatah kemudian menyampaikan terima kasih atas masukan dari Yayasan Anand Ashram dan berjanji akan menyampaikan hal tersebut pada pimpinan.
Setelah pertemuan dengan Departemen Luar Negeri usai, Bapak Anand Krishna beserta rombongan keluar dari ruangan namun diluar sudah menunggu banyak wartawan dari berbagai media yang ingin mengadakan wawancara. Wawancara pun kemudian dilakukan di halaman kantor Deplu. Kembali di depan kantor Deplu, teman-teman masih bersemangat menyanyikan lagu-lagu yang menyuarakan perdamaian. Tak terasa hari telah beranjak semakin siang dan aksi pun diakhiri, namun gema perdamaian tak pernah surut disuarakan. Damai…damai…damai…
Laporan oleh Didit
Related Links:
– Antara Photo 1
– Antara Photo 2
– Lantas Metro Polri: Tujuh Lokasi Unjuk Rasa
– Kompas Online: Solidaritas Tibet Demo Kedubes RRC
– Wawancara dengan Anand Khrisna:
Seruan Bagi Penyelesaian Masalah di Tibet Secara Damai
– Deplu perlu aktif ikut selesaikan masalah Tibet
– Kompas TV: Aksi Kebebasan Untuk Tibet
– TVRI: Demo Dukung Tibet
– Boikot Olimpiade Bergema dalam Aksi Tibet
– Voice of Human Right: Indonesia Diminta Boikot Olimpiade di China
– Tiongkok Baru: Boikot Olimpiade bergema dalam aksi Tibet