Tragedi yang melanda Indonesia kali ini datang dari alam dalam wujud bencana alam dan gelombang Tsunami. Setelah teror demi teror yang dilakukan oleh manusia, kini alam menunjukkan kuasanya melalui bencana terbesar. Sepertinya kejadian buruk yang menimpa di bumi Indonesia adalah suatu pesan terselubung yang terus menerus ingin disampaikan kepada kita oleh Sang Pencipta. Baik itu yang berwujud teror dari manusia ataupun bencana alam.

Sayangnya karena ketidaksadaran kita, manusia tidak dapat membaca pesan tersebut dan bencana demi bencana lewat begitu saja tanpa pernah kita mengambil hikmahnya ataupun berbuat sesuatu untuk memperbaikinya. Dengan alasan ini hanya cobaan, kita kemudian menganggap hal ini hanya takdir yang tidak dapat dirubah. Setelah bencana berlalu, ‘Business as usual’, kegiatan manusia tidak menunjukkan perubahan dan kesadaran kita masih tetap sama.

Uang dapat mengembalikan atau membeli kembali harta yang telah hilang. Tetapi bagaimana dengan nyawa yang hilang dan mencegah bencana berikutnya? Adakah bencana berikutnya? Dan kenapa ada bencana kembali? Pertanyaan ini muncul karena kita telah hilang kesadaran sehingga tidak peka terhadap apa yang telah terjadi berulang kali. Kita selalu mencari kambing hitam dan tidak pernah intropeksi ke dalam diri sendiri. Inilah tanda bahwa manusia telah hilang kesadarannya. Dan berapapun banyak uang atau harta yang dikeluarkan tidak akan cukup untuk membayar harga sebuah kesadaran. Bencana akan kembali lagi kapan saja, setiap waktu bila kita tidak menyadari apa yang telah kita semua perbuat terhadap Ibu Pertiwi, Indonesia.

Apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Pengrusakan alam, pertengkaran antar agama dan suku, korupsi, perebutan kursi dan kekuasaan adalah benih-benih yang sudah lama kita tanam di bumi Indonesia. Bila ini terus berlanjut, maka bisa terjadi bencana yang datang kemudian akan lebih besar dari saat ini. Dan tanpa pandang bulu, kitapun akan menjadi korban berikutnya. Alam memang tidak pandang bulu. Orang yang kita anggap baik atau jahat akan sama-sama kena imbasnya. Orang yang baik bila berdiam diri melihat suatu kejahatan berlangsung bisa dikatakan sudah terlibat dalam kejahatan itu sendiri. Tidak cukup kita hanya berbuat baik untuk diri sendiri saja sekarang karena benih-benih tersebut seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja.

“Kita semua harus segera bertindak, tidak bisa berdiam diri saja sekarang,” ajak Bapak Anand Krishna kepada kita semua saat doa bersama di One Earth Retreat Centre untuk korban gempa bumi dan tsunami di Aceh pada hari Kamis sehari sebelum memasuki tahun baru 2005.

Acara pada hari itu ditutup dengan menyisakan banyak agenda dan pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk memberikan dan menyebarluaskan kesadaran ini. Semoga hikmah dari bencana kali ini tidak kita lewatkan begitu saja. Sehingga kita dapat berani dan bersama-sama melakukan suatu tindakan untuk keadaan bangsa ini yang sedang menangis. (zee)