Jumat, 19 Desember 2008 lalu, Padepokan One Earth kedatangan seorang tamu, yakni Wisnu Prayuda, penyiar radio Pesona FM (103.50) & juga presenter acara Hikmah Fajar di RCTI (1993-2007). Wisnu juga pernah menjadi moderator dalam launching buku Christ of Kashmiris karya Guruji Anand Krishna di Bondies Café (9/7/2008) lalu.


Wisnu yang berasal dari kota Tual, Ambon Tenggara berbagi rasa dan pengetahuan di ruang Assalam. Bagi dirinya, Our true identity is our spirit. Dan, spirit kita berkomunikasi dengan lainnya melalui frekwensi. Jadi ketika kita menonton siaran TV/Radio yang memuat pesan-pesan kekerasan, maka kekerasan itu telah menjadi makanan sehari-hari spirit kita & penikmat utamanya justru adalah komunitas agama.

Jadi ketika Tragedi Monas disiarkan secara terus-menerus oleh stasiun tv, maka lewat frekwensi, fear itu disebarluaskan dan menjadi konsumsi spirit kita. Demikian pula ketika kasus mutilasi ramai disiarkan tv, maka tak lama kemudian peristiwa mutilasi terjadi di mana-mana.

Menurutnya, agama itu semestinya berdasarkan fearless and love. “Agama yang masih mensejajarkan takut adalah agama yang levelnya masih rendah banget. Masih level ‘fiqih’ banget,” kata Wisnu sambil menambahkan bahwa agama seperti ini bukanlah spiritual. Ia mengharapkan agar kita semua tidak lagi terkotak-kotakan menjadi (lembaga) agama-agama.

Wisnu yang selalu siap belajar dari alam ini mengungkapkan bahwa One Earth sebagai tempat yang luar biasa, “Membesarkan Kedamaian jauh lebih baik daripada membesarkan Fear.” Tapi Ia juga menambahkan, “Kita harus mampu meyakinkan diri kita sendiri untuk bisa meyakinkan orang lain tentang pedapat kita, our way. Misalnya, bila kita ingin menyebarkan kedamaian memakai Islam, maka pakailah Islam yang Universal.”

Ia juga berbagi pengalamannya yang sering bertemu pendengar dan penonton setianya di tempat-tempat umum, seperti supermarket. Ia sering melihat bahwa banyak yang hidup dalam asumsi-asumsi mereka sendiri sehingga ketika mereka menyadari bahwa asumsi mereka itu salah, maka mereka menjadi terkejut. Semua asumsi-asumsi ini bagi dirinya adalah racun-racun bagi dirinya sendiri dan tanpa sadar, kita akan kemudian mentransmisikan racun-racun itu ke sekitar kita.

Dalam kata sambutannya, Guruji Anand Krishna teringat dengan pembicaraan guru beliau mengenai apa yang terjadi setelah pencerahan. Bila orang itu tidak bisa menyebarkan pencerahan itu, maka orang itu akan menjadi Mistik. Tapi bila orang itu bisa menyebarkan pencerahan, maka orang itu akan menjadi seorang Master. Pikiran dan Hati setelah pencerahan dapat ditransformasikan menjadi Bodhicitta (created mind) dan seorang yang memiliki Bodhicitta akan berbagi kesadaran dan pencerahan itu kepada orang lain dalam perannya sebagai Bodhisatva.

Menurut Guruji, apa yang terjadi dalam masyarakat Indonesia saat ini adalah hasil dari konsep pendidikan yang salah sejak tahun 1970an. Kita semua dibodoh-bodohi sehingga mudah diadu-domba dan dijarah baik sumber daya alam, maupun sumber daya manusianya.

Kesalahan ini lah yang sekarang berusaha kita perbaiki, dan cara salah satu cara terbaik dan terefektif adalah lewat media broadcasting walaupun berdasarkan beberapa informasi, Indonesia selalu mendapat kucuran dana sekitar 3-4 milyar USD dari luar negeri untuk mendanai kegiatan-kegiatan Inter-Faith.

 
Jadi Guruji amat mengharapkan bahwa Wisnu bisa menjadi part of us. Dan, bersama-sama, kita bisa menyebarkan pesan-pesan perdamaian ini tanpa menimbulkan korban (How to spread the messages without a victim). – JB –