Press Release
Jakarta, 1 Juni 2009
Satu Tahun Peristiwa 1 Juni Lahirnya Pancasila Lahirnya Jiwa Indonesia
Salam Indonesia,
Setahun lalu, tepatnya di lapangan Monas, Jakarta, telah terjadi kekerasan terhadap beberapa anak bangsa yang terdiri dari berbagai latar belakang agama, etnis, dan status sosial oleh segerombolan massa yang beratribut salah satu ormas yang mengatas namakan agama tertentu. Inilah salah satu tragedi terkelam dalam sejarah bangsa Indonesia: Tragedi Monas.
Nino Graciano SS berasal dari keluarga besar Bung Karno. Nyoman Aisanya Vibhuti ST adalah anak dari pengurus daerah sebuah organisasi agama. Muslihah Razak merupakan anak bungsu seorang kiai. Bernardinus Winarmo, Joehanes Budiman, Ismoyo Palgunadi S.Sos, Ir. I Made Yudhanegara, Suci Suesti Sabariah, Ir. Ni Luh Wayan Sukamawati, Oce Priatna SE, Marsaulina Pandiangan S.Sos, dan sederet nama-nama lainnya, hanyalah sebagian di antara daftar korban luka parah dan ringan, serta harus mendapatkan perawatan dari rumah sakit. Mereka hadir sebagai bagian dari National Integration Movement (NIM) di Monas bersama-sama masyarakat Indonesia lainnya untuk memperingati Hari Kelahiran Pancasila ke-63 yang jatuh pada tanggal 1 Juni 2008 lalu.
Tragedi Monas hanya membuktikan bahwa sel-sel kekerasan masih berakar di dalam masyarakat Indonesia, bahkan semakin marak dan sudah melembaga. Ini yang harus berubah karena bertentangan dengan semangat salah satu dasar negara dan saripati budaya Pancasila, yakni : kemanusiaan sehingga aksi-aksi tanpa kekerasan semestinya mewarnai setiap detik kehidupan kita sehari-hari. Tapi peristiwa Tragedi Monas membawa hikmah luar biasa. Banyak perubahan terjadi dalam diri, baik para korban, maupun para saksi yang menyaksikan tragedi ini secara
langsung maupun tidak langsung. Salah satunya adalah pemahaman bahwa aksi-aksi tanpa kekerasan itu bukanlah aksi yang pasif, tapi merupakan aksi yang aktif.
Dalam buku Be The Change!, Pendiri NIM, Bapak Anand Krishna menjelaskan,“…bila seseorang melakukan kejahatan, jelas kita harus melawan. Hanya saja perlawanan yang kita berikan tidak menggunakan kekerasan. Kita melawan tanpa senjata, tetapi dengan kekuatan logika, rasio, dan di atas segalanya cinta kasih serta pemaafan.”
Perubahan inilah yang akan dirayakan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 1 Juni 2009
Waktu : Pk. 19:00 s/d 21:00, diawali dengan Meditasi Sufi Whirling.
Tempat : Anand Ashram, Pusat Pelatihan Kesehatan Holistik dan Meditasi
Jl. Sunter Mas Barat II-E, Blok H-10/1, Jakarta 14350
Perayaan ini juga sekaligus menegaskan bahwa Aksi Tanpa Kekerasan (Ahimsa) bukanlah tanda kelemahan karena Ahimsa bukanlah untuk seorang pengecut, tapi untuk seorang pemberani, dan penegasan ini akan didapat dari sharing pengalaman para korban dan saksi dari NIM yang hadir pada saat Tragedi Monas 2008, menyaksikan aksi brutal kaum radikal di Indonesia.
Sembah Bhakti Bagimu Ibu Pertiwi
Indonesia Jaya.
Dr. Wayan Sayoga
Direktur Eksekutif – National Integration Movement
*) Untuk Informasi dan RSVP Kehadiran, harap menghubungi : Aisya (0815.10361540) atau Imus (087885111979) atau Joehanes (0811144959)