Dalam rangka mendukung International Volunteer Day yang dicanangkan oleh PBB yang diperingati setiap 5 Desember, One Earth College of Higher Learning, Anand Krishna Centre Joglosemar dan Forum Pengajar, Dokter dan Psikolog bertempat di UC 2 UGM, pada hari Sabtu, 8 oktober lalu, menyelenggarakan acara Talk Show dan Launching buku terbaru karya Bapak Anand Krishna, Karma Yoga Bagi Orang Modern.
Rangkaian acara Talk Show diawali dengan launching buku Karma Yoga yang fenomenal. Fenomenal karena buku ini telah terjual 1300 copy sebelum masuk ke Toko Buku. Launching Buku dilakukan oleh Area Manager DIY-Jateng Group of Books Publishing Kompas Gramedia, Bapak F.X Sumaryoto, ditandai dengan penyerahan dari pihak Penerbit Gramedia kepada Anand Krishna. Para peserta yang mendapatkan buku Karma Yoga pada hari itu, beruntung, karena selain mendapat harga khusus, di dalamnya juga ada voucher potongan 30% mengikuti Program e-learning One Earth College. Buku ini akan masuk dan beredar di Toko Buku pada tanggal 11 Oktober 2011.
Selama kurang lebih dua jam, para peserta yang hadir mulai dari mahasiswa, akademisi, profesional muda sampai Ibu rumah tangga mengikuti jalannya Talk Show yang menginspirasi tanpa rasa jenuh. Talk Show seru yang memberi insight baru menghadirkan Dosen dan Praktisi Transpersonal Psikologi UGM Ibu Kwartarini Wahyu Yuniarti, M. Med.Sc., Ph.D, Guru Besar Fakultas Teknik UGM Bapak Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D serta dipandu oleh Bapak Ronny Sugiantoro, S.Pd., S.E., M.M. Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kedaulatan Rakyat, bertindak sebagai Moderator. Obrolan santai yang sesekali dibumbui dengan humor baik dari Moderator dan dari Ibu Bo (panggilan akrab Ibu Kwartarini) membuat suasana menjadi lebih semarak, dan pesan yang ingin disampaikan yaitu memasyarakatkanvolunteerism atau kesukarelaan sebagai semangat dibalik setiap pekerjaan, dan dalam menjalani profesi kita sehari-hari mengena pada para peserta yang hadir.
Sebagai pembicara pertama, Ibu Kwartarini menjelaskan bahwa dalam bekerja, ada tiga motif yang melandasi, yaitu bekerja sebagai job, career, dan calling. Jika kita bekerja sebatas job, maka motif memperoleh imbalan menjadi pemicu utama kita. Naik sedikit ke motif carrier dimana yang menjadi fokus perolehan bukan melulu gaji, tapi lebih kepada jenjang jabatan. Kecenderungannya adalah jika seseorang sudah mencapai jenjang jabatan yang tertinggi di tempatnya bekerja alias karir nya sudah mentok, maka ia akan mencari kepuasan lain, misalnya pindah tempat kerja dsb. Yang terakhir adalahcalling, motif kita untuk bekerja adalah semata-mata kepuasan diri, bekerja tidak lagi karena terpicu ingin mendapat gaji atau karir lagi, namun semata-mata karena ia menyukai apa yang ia lakukan.
Pak Nizam mengambil benang merah dari apa yang sudah disampaikan oleh Ibu Bo, melalui pemutaran singkat film The Power of Ten dan cuplikan gambar mengenai kesulitan hidup yang dialami saudara kita di Sudan dan sekitarnya. Gambar dan film tsb mengingatkan kita bahwa kita tidak hidup sendiri di dunia ini, ada interdependensi. Dan jika hidup kita disini tidak kekurangan suatu apa, tidak berarti sebagai manusia kita bisa acuh tak acuh terhadap keadaan “minus” yang melanda di belahan dunia lain. Kita diingatkan bahwa di semesta raya yang besar ini, manusia hanya setitik kecil partikel debu, dan jika kulit dan tulang yang menyusun tubuh kita ini diperbesar, maka kita semua adalah gelombang yang bergetar. Dan pada akhirnya kita diajak untuk mensyukuri apa yang telah kita miliki.
Setelah paparan dari kedua pembicara sebelumnya, Bapak Anand Krishna melihat bahwa apa yang telah disampaikan oleh kedua pembicara di awal memang kenyataan yang ada, kondisi yang ada ini membuktikan bahwa selama ini kita memang tidak punya sense of urgency. Urjensi yang cukup kuat untuk membuat kita mau bertindak, action memperbaiki diri dan lingkungan kita. Bukan untuk mencari pamrih, apa pun itu, namun melakukan apa yang bisa dilakukan tanpa motif. Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe, itulah yang paling tepat untuk menggambarkan semangat di balik setiap pekerjaan yang kita lakukan.
Buku karma Yoga mengulas dengan detil bagaimana kita bisa mengupayakan bekerja sebagai sebuah persembahan dan mempertahankan semangat melayani sesama sebagai bagian dari etos kerja kita. Mengutip beberapa ayat dari Bhagavad Gita (baca juga Bhagavad Gita bagi Orang Modern dan The Gita of Management oleh penulis yang sama) bahwa dalam membudayakan etos kerja transpersonal, Sepi Ing Gawe Rame Ing Pamrih pun, terkandung juga penerapan careful management dancompassionate management. Kita harus mengendalikan dan mengawasi setiap usaha kita, apakah ada pihak atau lingkungan yang dikorbankan atau dirugikan atau tidak. Tidak bisa kita memproduksi barang yang merugikan kesehatan orang, lalu kemudian dari laba yang kita peroleh tsb kita membangun Rumah Sakit. Bapak Anand Krishna juga mengatakan bahwa menjadi insan yang tanpa pamrih, adalah agenda baru dalam penciptaan manusia. Oleh karena itu, menjadi baik sungguh-sungguh butuh usaha dan kerja keras. Ddddan dengan upaya yang sungguh-sungguh untuk menjadi tanpa pamrih ini, tidak akan ada lagi slogan SMS (Susah Melihat orang lain Senang dan Senang Melihat orang lain Susah).
oleh Amira Fawzia