“The hands and feet that shun seva are condemnable; actions other than seva are fruitless” (Tangan dan kaki yang menjauhkan diri dari pelayanan adalah terkutuk; tindakan selain pelayanan adalah sia-sia) demikian adalah salah satu bunyi dari ayat dari Sri Guru Granth Sahib (kitab suci Sikh –pen). Tidak sekedar diucapkan, melainkan juga terasa nyata sewaktu rombongan dari Yayasan Anand Ashram berkesempatan ke Gurudwara (kuil Sikh) di Pasar Baru, Jakarta.
Acara di hari Minggu, 26 Februari 2012, itu memang terasa sangat istimewa. Kebaktian dan pelayanan hari itu disponsori oleh keluarga besar Yayasan Anand Ashram dalam rangka syukuran atas berbagai berkah yang telah dilimpahkan olehNya . Turut hadir memimpin rombongan sejumlah 45 orang ini adalah Bapak Anand Krishna, pendiri dari Yayasan Anand Ashram.
Dalam acara yang berlangsung mulai pukul 10.00 WIB tersebut, hampir semua acara dibawakan dalam bahasa India. Walaupun rombongan kami tidak mengerti bahasa tersebut, tapi kekhidmatan dari acara sangat terasa. Ditambah lagi keramahan dari saudara-saudara tuan rumah menyentuh dan menghangatkan hati. Terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dari panitia Gurudwara yang berkenan melayani seluruh peserta yang hadir (jumlahnya hampir 200-an; 50-an di antaranya adalah rombongan dari Anand Ashram-pen).
Berikut adalah kesan dari beberapa teman yang hadir:
Norma Harsono
“Pagi yg cerah itu, kami tiba di Sikh Temple, Pasar Baru. Disambut oleh “panitia” yg ternyata mereka adalah anggota temple tsb yg menjadi volunteer/relawan utk melayani siapa saja yg hadir disana. Jadi mereka bkn petugas bayaran! Bahkan umumnya adalah pengusaha!
Mulai dari masuk, kami sudah disambut oleh petugas penitipan sandal sepatu, yang ramah sekali, dan menerima sandal kami dengan sangat sopan dan ceria. Setelah dipandu ke tempat untuk mengambil penutup kepala (dalam tradisi Sikh, diwajibkan memakai penutup kepala di dalam Gurudwara), kami pun mengikuti doa yang dilanjutkan dengan makan bersama. Hal yang sangat berkesan adalah para petugasnya yang begitu ramah dan gembira menerima siapa pun, termasuk pada orang baru seperti saya. Petugas-petugasnya adalah orang yang sdg melakukan Bhakti Sosial di situ, dari sebagai petugas penitipan sandal, memberi informasi, mempersilahkan duduk,melayani makan berjamaah, cuci piring, mengambil piring-piring bekas dsb! Ramah dan sangat welcome! Satu tempat yg boleh coba utk dikunjungi!”.
Muslihah Razak
Saya sangat terkesan dengan semangat pelayanan yang ditunjukkan oleh teman-teman di Gurudwara. Bahkan yang kaya sekalipun, tidak sungkan untuk turun tangan menjadi petugas penitipan sandal, membagikan makanan, mencuci, dan lain sebagainya. Bahkan anak-anak kecil pun sudah diajari untuk melayani sesama dengan membagikan manisan. Selain itu mereka juga sigap dan multi-tasking, begitu selesai dengan satu tugas, langsung sigap mengerjakan tugas yang lain. Semangat yang perlu kita tiru!.
Ibu Rani Gangtani berkenan menjelaskan sedikit tentang prosesi doa bersama serta kesan yang dilakukan di Gurudwara.
“Prayers are a direct means of communication with an omnipresent, formless God in order to realize self in all the human beings and find God within themselves by performing good deeds. To fulfill this people visit places like temples, mosques, churches, gurudwaras etc. “Gurudwara” means “Guru ka dwaar” which further means the meeting place at the door of saints singing the ecstatic lyrical and poetical glories of Almighty which are preserved in their holy book called “Guru Granth Saahib”. The prayers are started with divinely quotes known as “Shabad Baani” by growing boys and girls followed by saints called “gyanijis” to sing the glories of God in the poetry form known as “Kirtan” conveying the meaning to the people attending the prayers. Finally the prayers are ended with “Ardaas and Aarti” in which they seek the forgiveness of the mistakes people go through and pray to show them the path of humanity bringing peace and prosperity to the whole mankind. Later “Prashad and Langar” are served, which the holy food prepared by the sikh ladies present in Gurudwara to serve people attending the prayers as its believed that holy food creates holy thoughts and holy thoughts make better humans to purify their souls for the service of mankind. People distributing food to the attendants sitting in a row is called “Sewa” which automatically gives us a feeling that service to human is service to omnipresent shape of God. Those attending the prayers feel themselves at total peace and complete joy, creating the feeling of an alike human being by shredding their ego away.”
“Doa adalah cara langsung untuk berkomunikasi dengan Ia yang Maha-Ada, sarana untuk menyadari jati diri pada semua manusia dan menemukan Tuhan dalam diri dengan melakukan amal saleh. Untuk inilah, kita mengunjungi tempat seperti kuil, mesjid, gereja, gurudwara, dan lain-lain. “Gurudwara” berarti “Guru ka dwaar” yang berarti tempat pertemuan melalui para suci yang menyanyikan Kebesaran-Nya (yang diabadikan dalam kitab suci Sikh, Guru Granth Sahib). Doa dimulai dengan kutipan “Shabad Baani” oleh anak-anak kecil, yang diikuti oleh “Kirtan” nyanyian puja puji bagi Tuhan yang dipimpin oleh seorang “gyanijis”. Akhirnya doa diakhiri dengan “Ardaas dan Aarti”, dimana semuanya memohon pengampunan atas kesalahan dan memohon ditunjukkan jalan agar bisa membawa kedamaian dan kemakmuran bagi seluruh umat manusia. Kemudian “Prashad dan Langar”, makanan yang disiapkan para wanita, makanan yang telah diberkahi, disajikan pada semua yang hadir. Makanan yang telah diberkahi dengan doa ini dipercaya akan menciptakan kesucian pada pikiran mereka yang memakannya dan menyucikan jiwa mereka sehingga siap berkarya melayani sesama. Orang-orang yang membagikan makanan kepada semua peserta yang duduk, disebut telah melakukan “Seva”/pelayanan, sehingga ini menumbuhkan perasaan bagi siapapun yang hadir bahwa pelayanan bagi sesama, adalah juga pelayanan bagi Tuhan. Semua yang hadir dalam doa bersama ini, merasakan kedamaian dan kebahagiaan, membuat semua merasa sebagai bagian dari satu umat manusia dengan menafikan ego.”
Selain mendapatkan ketenangan dan makanan bagi tubuh fisik, kunjungan ke Gurudwara kali ini juga memberikan kami bungkusan oleh-oleh untuk dibagi dengan semua teman-teman yang tidak bisa ikut. Berikut adalah cuplikan dari Sri Guru Granth Sahib yang dibacakan hari itu, sebuah pesan yang layak kita renungkan bersama.
(Transkripsi oleh Maya Muchtar; Translasi oleh Putu Harumini Waras)
SORAT’H, FIFTH MEHL: The Creator Lord Himself stood between us, and not a hair upon my head was touched. The Guru made my cleansing bath successful; meditating on the Lord, Har, Har, my sins were erased. || 1 || O Saints, the purifying pool of Ram Das is sublime. Whoever bathes in it, his family and ancestry are saved, and his soul is saved as well. || 1 ||
[Tuhan Sang Pencipta sendiri yang berdiri diantara kami, dan tak selembar pun rambut di kepalaku tersentuh. Karena Sang Guru permandian untuk pembersihanku berhasil; dengan bermeditasi kepada Tuhan Hyang Maha Membebaskan dosa-dosaku terhapus. || 1 || Wahai Sobat Berhati Suci, kolam penyucian Guru (Ram Das) sungguh sangat mulia. Siapapun yang mandi didalamnya, keluarga dan keturunannya akan selamat, begitu juga jiwanya. || 1 ||]The world sings cheers of victory, and the fruits of his mind’s desires are obtained. Whoever comes and bathes here, and meditates on his God, is safe and sound. || 2 ||
[Dunia menyanyikan sorakan kemenangan, dan tercapailah buah dari keinginan pikirannya. Siapapun yang mandi di dalam kolam penyembuhan ini dan bermeditasi kepada Tuhan, ia akan selamat dan segar bugar. || 2 ||]One who bathes in the healing pool of the Saints, that humble being obtains the supreme status. He does not die, or come and go in reincarnation; he meditates on the Name of the Lord, Har, Har. || 3 ||
[Ia yang mandi di dalam kolam penyembuhan para Suci ini, sekalipun makhluk terhina, akan mendapat derajat yang tertinggi. Ia tidak akan mati, dan tidak lagi mengalami reinkarnasi, ia bermeditasi atas nama Tuhan Hyang Maha Membebaskan || 3 || ]He alone knows this about God, whom God blesses with His kindness. Baba Nanak seeks the Sanctuary of God; all his worries and anxieties are dispelled. || 4 || 7 || 57 ||
[Ia yang senantiasa mengingat Tuhan, diberkahiNya dengan segala Kebaikan. Baba Nanak mencari Perlindungan kepada Tuhan; lenyaplah segala kekhawatiran dan kegelisahannya. || 4 || 7 || 57 ||]SORAT’H, FIFTH MEHL: The Supreme Lord God has stood by me and fulfilled me, and nothing is left unfinished. Attached to the Guru’s feet, I am saved; I contemplate and cherish the Name of the Lord, Har, Har. || 1 || He is forever the Savior of His slaves. Bestowing His Mercy, He made me His own and preserved me; like a mother or father, He cherishes me. || 1 ||
[Tuhan Hyang Mahatinggi berdiri di sebelahku dan melindungiku, dan tidak ada sesuatupun yang tertinggal tanpa terselesaikan. Dengan mengikatkan diri pada kaki sang Guru, aku selamat; aku berkontemplasi dan menaruh pengharapan pada nama Tuhan, Hyang Maha Membebaskan. || 1 || Selamanya Ia adalah sang Penyelamat para hambaNya. Dengan menganugerahkan belas kasihNya, Ia menjadikanku milikNya dan menjagaku; bagaikan seorang ibu atau ayah, Ia menyayangiku. || 1 ||]By great good fortune, I found the True Guru, who obliterated the path of the Messenger of Death. My consciousness is focused on loving, devotional worship of the Lord. One who lives in this meditation is very fortunate indeed. || 2 ||
[Dengan keberuntungan yang amat besar, aku menemukan Guru Sejati, yang telah membebaskan diriku dari siksaan maut. Kesadaranku terfokus pada pemujaan yang penuh cinta dan bhakti ke pada Tuhan. Sungguh beruntunglah orang-orang yang menjalankan meditasi ini. || 2 || ]He sings the Ambrosial Word of the Guru’s Bani, and bathes in the dust of the feet of the Holy. He Himself bestows His Name. God, the Creator, saves us. || 3 ||
[Ia menyanyikan Kata-kata Kudus dari Wejangan Guru, dan mandi dengan debu dari kaki para Suci. Tuhan sendiri menganugerahi NamaNya. Tuhan sang Pencipta, menyelamatkan kita. || 3 ||]The Blessed Vision of the Lord’s Darshan is the support of the breath of life. This is the perfect, pure wisdom. The Inner-knower, the Searcher of hearts, has granted His Mercy; slave Nanak seeks the Sanctuary of his Lord and Master. || 4 || 8 || 58 ||
[Wahyu penuh berkah yang diperoleh berkat pertemuan dengan sang Penguasa Tertinggi adalah penopang nafas kehidupan. Ini adalah kebijaksanaan yang sempurna dan murni. Ia Hyang Mahamengetahui yang ada di dalam diri, sang Pemeriksa Hati, telah menganugerahkan belas kasiNya. Hamba Nanak mencari perlindungan kepada Tuhan dan Penguasanya. || 4 || 8 || 58 ||]SORAT’H, FIFTH MEHL: The Perfect Guru has attached me to His feet. I have obtained the Lord as my companion, my support, my best friend. Wherever I go, I am happy there. By His Kind Mercy, God united me with Himself. || 1 || So sing forever the Glorious Praises of the Lord with loving devotion. You shall obtain all the fruits of your mind’s desires, and the Lord shall become the companion and the support of your soul. || 1 ||
[Guru yang Sempurna telah mengikatkan diriku pada kakiNya. Telah kudapatkan Tuhan sebagai rekanku, pendukungku, sahabat baikku. Kemanapun aku pergi, aku bahagia disana. Dengan Belas KasihNya , Tuhan mempersatukan kembali diriku denganNya. || 1 || Maka, nyanyikanlah selamanya Kidung Kemuliaan Tuhan dengan devosi penuh cinta. Akan kau dapatkan semua buah dari keinginan pikiranmu, dan Tuhan akan menjadi teman dan penopang jiwamu. || 1 || ]The Lord is the support of the breath of life. I am the dust of the feet of the Holy people. I am a sinner, but the Lord made me pure. By His Kind Mercy, the Lord blessed me with His Praises. || 2 ||
[Tuhan adalah penopang dari nafas kehidupan. Aku adalah debu di kaki para Suci. Aku adalah seorang pendosa, tetapi Tuhan memurnikanku. Dengan Belas KasihNya, Tuhan memberkahiku dengan puji-pujianNya. || 2 ||]
The Supreme Lord God cherishes and nurtures me. He is always with me, the Protector of my soul. Singing the Kirtan of the Lord’s Praises day and night, I shall not be consigned to reincarnation again. || 3 ||
[Tuhan Hyang Mahatinggi menyayangi dan memeliharaku. Ia selalu bersamaku, Pelindung jiwaku. Dengan menyanyikan Kidung Pujian Tuhan siang dan malam, aku tidak akan diserahkan untuk mengalami reinkarnasi lagi. || 3 ||]One who is blessed by the Primal Lord, the Architect of Destiny, realizes the subtle essence of the Lord. The Messenger of Death does not come near him. In the Lord’s Sanctuary, Nanak has found peace. || 4 || 9 || 59 ||
[Dia yang diberkahi oleh Penguasa Awal, sang Perancang Takdir, menyadari esensi Tuhan yang sangat halus. Malaikat Maut tidak akan datang mendekatinya.Dalam Perlindungan Tuhan, Nanak menemukan kedamaian. || 4 || 9 || 59 ||]Reportase Oleh : Aiu Haryadi – Photo Oleh : Prabu Dennaga