Temu Hati Masyarakat Surakarta Bersama Anand Krishna
“Mempertahankan Budaya Asal Demi Integritas Bangsa”
Sabtu, 6 Mei 2006, pukul 18.30-21.00 WIB
di Anand Krishna Center Surakarta, Jl. Dworowati Sidokare.
Rawe-rawe rantas, malang-malang putung, terus berkarya tanpa pamrih demi Ibu Pertiwi, Indonesia Jaya. Itulah motto National Integration Movement (NIM) atau Gerakan Integrasi Nasional yang tak hanya menjadi slogan semata namun membadan lewat tindakan nyata dalam keseharian hidup masing-masing person yang mengaku sebagai anggotanya. Kali ini Anand Krishna Center (AKC) Surakarta dan NIM Surakarta mempersembahkan acara Temu Hati dari-oleh-untuk Ibu Pertiwi.
Dengan mengenakan jubah ungu muda Guruji Anand Krishna tiba di gerbang AKC Surakarta tepat pukul 18.30 WIB. Petang itu cuaca kota Solo terasa berlembab dan basah karena sepanjang sore diguyur hujan deras. Untuk menghangatkan suasana The Torchbearers (Pembawa Obor Kasih) membuka dengan tembang “Tombo Ati” dan “Jayalah Indonesiaku” yang syairnya telah diganti dengan lirik bertemakan kebangsaan dan ucapan Sugeng Rawuh atau selamat datang kepada seratusan hadirin yang telah meluangkan waktu, energi untuk berkumpul bersama. Perlu diketahui juga bahwa acara Temu Hati ini juga disiarkan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Stasiun Regional Surakarta.
Bapak Darmadi selaku Master of Ceremony (MC) menceritakan apa itu NIM? NIM adalah wadah berkumpul Orang Indonesia yang datang dari berbagai latar belakang suku, agama, profesi, dst yang berbeda namun memiliki concern, kepedulian bersama pada Persatuan dan Kesatuan bangsa. Dideklarasikan pada tanggal 11 April 2005 di hadapan “patung” Soekarno dan Hatta di Tugu Proklamasi Jakarta, inspirator gerakan kebangsaan ini ialah dari Bapak seorang tokoh humanis, lintas agama Anand Krishna. Kenapa NIM lahir? karena maraknya ancaman terhadap integrasi, keutuhan bangsa terutama karena perbedaan suku dan agama. Apa modal NIM? bekalnya adalah suara nurani dan akal sehat untuk mengkritisi sekaligus berpartisipasi, bergotong royong bersama Pemerintah, Parlemen, serta seluruh elemen masyarakat lain demi membangun tatanan Indonesia Baru yang lebih manusiawi sekaligus ilahiah.
Sedangkan AKC adalah sarana, tempat untuk memberdaya diri yakni dengan latihan meditasi “ala” Anand Krishna, kini ada AKC tersebar di 3 pulau besar di Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali) tepatnya di Lampung, Semarang, Yogyakarta , Solo, Denpasar, dan Singaraja. Tujuannya adalah mengembangkan rasa cinta dalam diri kita.
Acara Temu Hati ini merupakan kelanjutan dari Simposium Nasional : Bangkitlah Jiwamu-Bangkitlah Badanmu, Saatnya Berbhakti Bagi Ibu Pertiwi pada 23 Maret 2006 lalu di Semarang, turut hadir pada kesempatan itu Gubernur Jateng HB X, Gubernur Semarang, jajaran Polda, Bapak Darmadi dari Menkopolhukkam, dlsb. Esensi acara tersebut ialah membangkitkan kesadaran kolektif kita akan keluhuran budaya Nusantara sehingga kita tak perlu merasa minder dan mengimpor budaya dari luar.
Tepat pukul 7 malam kurang 5 menit, seluruh hadirin bersama-sama bangkit badang dan jiwanya, untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai pembuka seluruh rangkaian acara pada malam tersebut.
Kemudian Bapak Tri Widodo selaku Koordinator NIM Surakarta memberikan kata sambutan, secara “njawani’ beliau menyapa ramah para tamu undangan yang telah hadir, a.l : Bapak Langit Kresna Hariadi, penulis buku “Gajah Mada”, Bpk Abidin yakni deligasi dr Walikota Solo, perwakilan Korem, dlsb. Beliau mengatakan bahwa kita semua bisa hadir di sini saat ini semata-mata atas kehendak Ilahi.
Alam itu tiada pernah pilih kasih ataupun mengkotakkotakkan manusia dan segenap titah-Nya, menurut falsafah hidup Jawa dikenal istilah Hastabrata yang merupakan tuntunan lelaku urip, sikap hidup yang selaras dengan alam. Udara tak pernah pilih kasih dan mengkotak-kotakkan manusia entah berdasar suku, agama, ras, dst. Demikian pula air, tanah, api, serta aneka unsur alam lainnya. Bila hal ini dipraktekkan dalam keseharian kita maka aneka problem kebasaan akan terselesaikan. Beliau juga mengingatkan akan saripati budaya bangsa yakni Pancasila yang merupakan landasan kehidupan berbangsa yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Sebelum beranjak ke acara selanjutnya, kembali Kelompok Muda-Mudi The Torchbearers mendendangkan lagu Bungong Jeumpa dan Sengko-sengko yang syairnya telah dimodifikasi melukiskan keluhuran Indonesia serta ajakan berkarya demi Indonesia yang damai.
Kemudian Bapak Abidin selaku perwakilan Walikota Surakarta berkenan pula membacakan kata sambutan yang ditulis langsung oleh Pak Jokowi, panggilan akrab untuk Bapak Ir. H. Joko Widodo. Dalam kata pembuka beliau menyampaikan sesungguhnya Pak Wali amat ingin hadir secara langsung dalam acara Temu hati ini. Solo masa depan adalah Solo yang tak lupa pada budaya solo tempoe doeloe yang adiluhung. Pak Walikota telah bertemu dengan Gubernur Jateng dan 7 maskapai penerbangan untuk saling bekerjasama mebangkitkan kembali kota Solo tanpa meninggalkan tradisi luhurnya. AKC dan NIM merupakan mitra dalam proses revitalisasi ini.
Wujudkan persatuan hanya dengan rasa Cinta, Bergandengan Tangan hanya dengan rasa Cinta…syair lagu The Torchbearer itu seolah mengingatkan bahwa dalam setiap proses kehidupan berbangsa seyogyanya senantiasa diwarnai colour Cinta.
Jam telah menunjuk angka 19. 20 malam saat Guruji Anand Krishna mulai membuka wacana Temu Hati sembari duduk supaya suasana lebih santai dan informal. Sura berarti Dewa, Malaikat, Mulia, Ia yang lahir dari Nur, Cahaya
sedangkan Karta adalah perbuatan sehingga arti Surakarta ialah Kota yang lahir dari perbuatan mulia. Beliau mengatakan bahwa setiap kali datang ke Solo ibarat datang ke tanah suci, bukan hanya karena beliau melahirkan diri di Surakarta ini tapi memang karena tempat ini getarannya amat magis dan mulia. Secara ilmia bisa diteliti suhu geothermal, panas bumi suatu daerah, daerah sepanjang Joglosemar memiliki kadar panas bumi yang tinggi. Kita tak perlu merasa khawatir jika kehabisan minyak bumi karena panas bumi ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi. Sayangnya, kita tidak menyadari hal ini, justru pihak-pihak luar yang tahu peta kandungan perut bumi Indonesia, mereka mengunakan teknologi foto satelit untuk mengetahui data rincinya.
Indonesia adalah negeri yang kaya secara materi maupun budaya, namun perlu ditekankan makna budaya disini bukan sekedar seni, Budi artinya pikiran yang jernih, Hridaya bermakna perasaan-hati jadi budaya adalah gabungan antara pikiran jernih dan hati yang tenang. Seni memang bagian dari budaya namun budaya tak bisa disejajarkan dengan seni. Hal ini telah berkali-kali didengungkan oleh para founding fathers kita seperti Sanusi Pane, Dewantara dan Soekarno.
Beliau memberi contoh, departemen pendidikan tepat bila disatukan dengan budaya, karena pendidikan adalah sarana untuk mendidik manusia menjadi berbudaya. Pancasila adalah landasan sekaligus saripati budaya bangsa, sesungguhnya budaya tak bisa didepartemenkan, yang penting ialah tiap departemen musti berbudaya. Seorang sahabat beliau asal Sulawesi bercerita bahwa di brankas Departemen Agama sempat kecolongan uang, peristiwa pencurian tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa departemen itu belum berbudaya. Contoh lain ialah saat beliau diundang dalam pertemuan dengan 12 menteri di Jakarta tak satupun yang paham arti budaya. Permasalahan bangsa ini bukan hanya ekonomi, kemiskinan dan kesejahteraan tapi yang utama adalah mismanagement dan ini terjadi karena kita belum berbudaya.
Sutan Takdir Alisahbana (STA) mengatakan jauh-jauh hari lampau, “kita ini bangsa yang malas” hal ini bisa dimengerti karena kelembaban negeri tropis ini mencapai 80 maka jika ditinjau dari sudit pandang barat kita memang pemalas, sehingga jika kita disuruh berlomba dengan barat membuat komputer, barang lektronik, dst pasti kalah, lha makanya kita perlu memproduksi barang khas kita seperti mengolah singkong (kasafa) misalnya.
Belajar dari India, 35 tahun lalu ada seorang penjual kentang goreng, kemudian ia pindah ke Los Angeles, di sana iapun berprofesi sebagai bakul kentang goreng karena hanya itu keahliannya. Nah sekarang merek potato chips tersebut terkenal di seluruh dunia. Kenapa kita tak berusaha mengolah singkong? Dari kandungan gizi karbohidrat singkong lebih baik dari nasi karena tak ada unsur lemaknya sehingga tidak menyebabkan kolesterol dan diabetes. Selama ini banyak yang merasa belum makan kalau belum makan nasi, hal itu hanya dalam pikiran. Mari kembali ke budaya asal…
Sekarang juga ngetrend IQ, EQ, SQ dan QQQ lainnya. Kecerdasan fisik, pikiran, perasaan ya masih oke bisa diterima, tapi kalau kecerdasan spiritual? siapa yang menentukan? mengukur? yang bisa kan Tuhan, Gusti, Allah, Widhi, Buddha… Bila kita menilik ke budaya asal, tak usah jauh-jauh di Solo sini, ada karya sastra yang begitu agung mencakup semua nilai tadi yakni Wedhatama, di sana ada istilah sembah raga, sembah rasa dan sembah cipta.
Sembah adalah jiwa, semangat dibalik raga, rasa dan cipta. Secara tersirat makna yang lebih luas ialah dalam sembah raga : badan harus dispiritualkan, dalam sembah rasa : perasaan juga dispiritualkan, dan dalam sembah cipta, pikiran yang cenderung melicikkan juga perlu dispiritualkan pula.
Bangsat no satu adalah Mie Instan. Contoh sepele ini menghentakkan segenap hadirin yang hanyut mendengarkan paparan Guruji Anand Krishna.
90 persen Kandungan MSG, michin, Gandum membuat kita bodoh dan semua itu import dari luar. Setia bungkus mie instan yang anda makan itu membebani Ibu Pertiwi. Ada penelitian yang mengatakan bahwa jika selam 7 tahun berturut-turut kita mengkonsumsi indomie maka otak akan mengkerur, kecerdasan berkurang drastis. Kenapa kita tak kreatif mengolah singkong menjadi kue, atau menjadikannya pengganti gandum? Buka pabrik khusus mengolah mie dari bahan baku singkong. Singkong di Lampung yang berlimpah ruah diekspor ke Belanda, dan di sana hanya dijadikan makanan ternak. Sedangkan kita mengimpor Gandung dari USA untuk bahan mie instan. Salah satu hal ini merupakan pertanda bahwa ada yang salah dengan bangsa ini.
Lebih lanjut, tempe tahu bahan bakunyapun kita masih umport. Makan daging yang berlebih akan membuat jantung lemah, jika tak percaya coba saja makan kambing, nasi kebuli duren maka seketika itu anda akan drop karena kita tinggal di daerah tropis yang lembab. Lain halnya jika mereka yang di Timur tengah, yang panas, mereka gampang mengeluarkan keringat.
Ada lagi saat bulan purnama laut pasang, dunia kita 70 persen laun, 30 persen daratan. Begitu pula tubuh kita 70 persen cairan, begitu pula otak kita. Dalam budaya kita adal laku puasa mutih pada masa-masa bulan tua, hal itu merupakan sebuah kearifan yang lahir dari dalam diri leluhur kita.
Salah besar pengkotak-kotakan sejarah dari masa hindu, buddha, islam, kristen, dst. Kemarin-kini merupakan suatu rangkaian yang tak terpisakan. Kita tak pernah mengimport budaya dari India dalam hal cara makan dan berpakaina. Istilah Vande Mataram yang sudah ada sejak jaman Dinasti Raja Sanjaya adalah asli Indonesia. Perlu juga kita ketahui bahwa 1000 tahun lampau ukuran badan manusia Indonesia 2 setengah kali lipat badan manusia saat ini. Sehingga wajar saja jika kita berkunjung ke Borobudur tangga-tinggi, itu bukan karena leluhur kita iseng :-). Kini karena kita kurang gizi, cuma makan indomie maka volume otak mengecil dan otomatis postur tubuh juga mengkeret.
Lihat ke belakang akar budaya pohon kebangsaan kita, setelah direbus, air menuap yang tersisa adalah saripati budaya berupa Pancasila. Ketuhanan yang Maha Esa, ketuhanan, tak bisa digantikan dengan kepercayaan, keimanan. Itulah warna dasar yang menjadi background dari sila-sila lain seperti humanitas, nasionalitas, soverenitas (kedaulatan rakyat) dan sosialitas.
Ada sebuahlaporan dari perpustakaan daerah yang mengatakan bahwa 200 buku karya Soekarno terancam rusak karena dimakan rayap, kita NIM sedang mengupayakan supaya buku-buku tersebut bisa dibawa ke Jakarta sehingga ada yang merawatnya. Kembali ini merupakan pertanda bahwa kita tak menghargai budaya asal. Di Indonesia ini ada 500 bahasa yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. wilayah kita luas belum lagi keanekaragaman budayanya maka Pancasila sebagai saripati budaya asal tak bisa diganti-ganti, kalau hanya sebagai Ideologi negara ada kemungkinan diganti.
DNA kita khas Indonesia, ada penelitian ilmiahnya. Kita boleh beragama apapun, tapi kita semua orang Indonesia. Agama adalah jalan menuju Tuhan, esensinya adalah takwa yang berarti berhari-hati, eling lan waspada…sadar. Beragama apapun juga budaya kita sama Nusantara. Ada seorang tukang pembuat sinetron orang keturunan India, isi cerita kerap menayangkan pertengkaran menantu dan mertua secara sengit, itu impor dari India. Karena dama budaya amat jarang ditemukan menantu dan mertua yang bertengkar sampai puku-pukulan segala. Kita juga tak bisa menolak Globalisasi, penyiar wanita TV di Al-Jazira juga tak lagi menggunakan penutup kepala lha kok kita malah mau mundur menerapkan RUU yang mengekang perempuan. Kita harus menerapkan Globalisasi ala Indonesia berlandaskan sila-sila Pancasila.
Perlu anda ketahui, tak ada demokrasi di Arab Saudi, pemimpin yang salah tak boleh dikritik, ya…dinasehati boleh tapi tak bisa digulingkan. Kelompok radikal bisa muncul di Solo ini karena ada Pancasila yang memungkinkan hal itu, kalau mereka tinggal di Timur Tengah sudah langsung ditembak mati. Negeri Arab terkaya adalah Yordania karena mereka berasal dari keluarga Nabi dan hampir seluruh kota suci dikuasai oleh mereka, tapi kemudian direbut oleh keluarga Saud. Sesungguhnya budaya Arab itu begitu tinggi, tapi kita hanya melihat budaya satu kelompok(sekte0 di Arab, kemudian itu hendak diimport ke Indonesia, ini tak bisa terjadi!!! Pengurus NIM di Jakarta pernah berjumpa dengan menteri perikanan dan kelautan, mereka melihat akan ada banyak masalah seandainya Indonesia terpecah belah, berkaitan dengan teritori kelautannya.
Bertahun-tahun lamanya waktu diperlukan demi menemukan Pancasila, M. Natsi survey ke Pakistan, ia menyimpulkan setelah menjalani penelitian panjang bahwa Pancasila mengandung nilai islami, hindu, kasih kristiani, dst. Pancasila ibarat Karpet merah yang kita duduki ini, ia merupakan landasan jika ditarik maka kita semua akan jatuh, tak ada pijakan kokoh untuk berdiri. Kita perlu mengajak kau radikal untuk duduk bersama dengan cara “njawani”. Ruslan Abdulgani, Syahrir, juga berjalan-jalan melihat dan meneliti kemudian menyimpuklan berdasar data-data yang akutar bahwa Pancasila adalah yang paling fit dengan kita.
Tak ada satu negarapun yang menggunakan landasan agama tertentu yang bisa sukses mensejahterakan seluruh rakyatnya. Osama Bin Laden adalah seorang yang tengah meluapkan amarahnya ke seluruh dunia, ia berasal dari Arab disana ia merasa kecewa dan tak berdaya mengahadapi otoriterian rezim keluarga Saud kemudian ia melampiaskannya ke luar.
Kendati demikian selain berhati-hati, eling lan waspada kita juga harus berani tegas. Saat ini kita sedang berada di Padang Kurusetra ada pihak Pandawa dan Kurawa. Kelak anak-cucu kita akan bertanya, kenapa kita membiarkan bangsa ini tercerai berai? kita saat ini harus berani gugur di medan perang demi memperjuangkan persatuan dan kesatuan bangsa. Kini saatnya berani pasang dada…
Investasi memang penting tapi awas hati-hati jika menerima investasi dari Keluarga Saud di Arab Saudi sana. Kita harus tegas menolak segala sesuatu yang tidak beradab, tidak berbudaya.
Menhan Juwono Sudarsono dalam pertemuan dengan NIM mengatakan demi mempertahankan keutuhan bangsa ini diperlukan pertahanan non militer dan itu adalah lewat budaya, AKC, NIM jadilah pelayan bagi pemerintahan, duduk bersama secara ‘njawani’ sambil minum teh mencari solusi atas tantangan kebangsaan kita bersama.
Demonstrasi bukan budaya kita, NIM mengadakan Pesta Rakyat secara rutin di Monas dan Bogor setiap minggu. Awalnya hanya 30 orang yang komit tertawa, bernyanyi, berjoget bersama, diperlukan 6 bulan untuk mencapai 200 orang namun untuk mencapai ribuan hanya diperlukan seminggu saja.
Ada cerita penelitian tentang monyet yang dilakukan tahun 1990, ada 2 pulau, A dan B yang dipisahkan oleh laut, tak ada akses yang memungkinkan para monyet yang ditempatkan di masing-masing pulau untuk pindah pulau kecuali monyetnya bisa berenang atau naik rakit. Di Pulau A ada 100 monyet, kemudian salah satu monyet diajari mencuci singkong sebelum dimakan supaya bersih dari sisa-sisa tanah, beberapa saat ia mencuci singkongnya tapi tak lama kemudian ia kembali ke keiasaan semula. Untuk mengajari 100 monyet butuk waktu 6 bulan. Tapi uniknya saat 100 monyet di pulau A memiliki kebiasaan mencuci singkong sebelum makan seketika itu juga seratus monyet di pulau B otomatis melakukan hal yang serupa. Yang hendak saya sampaikan ialah jika monyet aja bisa seperti itu apalagi kita manusia, bukankah kita sedikit lebih pintar dari leluhur kita itu. Keunggulan satu mansia akan menjadi milik seluruh umat manusia. Sama halnya dengan air untuk mendidih butuh suhu 100 deraja celsius, untuk mencapai angka 100 dibutuhkan suhu yang panas dan waktu, tapi setelah mencapai 100 seketika akan mendidih.
Bung Karno pernah mengatakan :”Berikan aku 10 orang maka akau akan merombak dunia” Namun satu otang itu harus mulai dari didi kita sendiri, jangan suruh-suruh orang lain. Senada Bernard Shaw mengatakan, “Jadilah cerdas maka dunia akan kekuarangan satu orang goblok.”
Selama sejam penuh segenap hadirin menyimak wacana kebangsaan inspiratif ini. Sebagai selingan The Torchbearers menyerukan lagu “Aku Bangga Jadi Orang Indonesia!”
Kemudian dilanjut dengan sesi Tanya Jawab, pertama adalah sharing puisi dari Bung Grace Radja, penyair yang mengenakan ikat kepala ala orang timur ini melantunkan puisi “Aku Mencari Paku Buwono” sebagai ungkapan getar Cinta pada Ibu Pertiwi.
Kemudian seorang Guru Pancasila, Ibu Ning menyayangkan Pemerintah yang menyebabkan Pancasila menguap…GBHN menguap…Penjelasan UUD 45 yang menyiratkan suasana kebatinan para founding fathers saat merumuskannya juga menguap…karena diamandemen MPR. Saat perjumpannya dengan ketua MK yang mensosialisasikan perubahan PMP menjadi PPKN, kemudian kini ganti lagi menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, beliau sempat mengutarakan pertanyaan ini, tapi belum ada tanggapan. Kemudian Guruju Anand krishna mendorong Bu Ning untuk menulis semacam surat Cinta dari seorang Guru Pancasila, berisi rincian proses tadi dibumbui dengan pengalaman dan contoh-contoh nyata yang dilamai Ibu Ning. Kemudian kita perbanyak dan kirim ke MK dan menteri-menteri.
Salah seorang Perempuan lain memberikan komentar yang mendalam berkaitan dengan cerita penutup tentang para monyet pencuci singkong, ia aktif memberikan pelatihan bagi beberapa orang, namun setelah mendengar cerita ini ia semakin bersemangat bahwa hal itu akan membawa pengaruh yang lebih luas bagi banyak orang.
Penanya yang ketiga adalah dari PDIP yang memplesetkan TAKWA menjadi Takut Menjadi Terdakwa dan TAWADU Tahu Warna Duit. Ada juga istilah dwifungsi yang memiliki makna baru penguasa sekaligus penguasa dan pengusaha yang berkuasa. Beliau mengatakan bahwa sekarang PDIPlah yang melihat pentingya Pancasila tentu ada juga beberapa tokoh Islam Modernis lainnya.
Guruji Anand Krishna juga memberi arti baru pada dwifungsi bagi para dosen yang merangkap sebagai guru, profesor juga politisi. Aliran Islam Wahabi tak menghargai perbedaan, warna Islam ini yang dianggap benar sedangkan yang lain salah. Ini yang hendak diimpor ke sini dan tak sesuai dengan Bhinneka Tunggal Ika.
Guruji juga mengajak kita melakukan hal-hal sederhana yang tampaknya sepele, misalnya sms ala Indonesia dengan saling menyapa terlebih dahulu. Budaya Sunda, cerita si Kabyan, memiliki kearifan yang mendalam, misalnya saat ada orang berkelahi hampir bunuh-bunuhan, kemudian mereka saling bertanya tentang silsilah keluarga…yang ujung-ujungnya tetap ada kesamaan sehingga bisa berdamai kembali tak bertengkar. NIM juga mengirim surat apresiasi kepada ketua PKS, Sembiring yang mengeluarkan statemen yang maju sekali yakni Partai Islam harus progresif dan sekuler. M. Natsir Tokoh Masyumi juga amat maju pemikirannya, bisa dibaca dari tulisan-tulisannya sebelum 1950-an.
Rafles mengatakan dalam bukunya History of Java, Untuk menguasai Jawa harus lewat budaya” sekarang kita balik : “Untuk mempertahankan Indonesia harus lewat budaya!”
Kita sedang mengukir sejarah di sini, seminggu dari sekarang Solo pasti berubah. Kita ini ibarat orang yang sakit amnesia, penyakit lupa, orang sakit tak usah dimarahi, tapi harus diobati, yakni bisa lewat surat Cinta dari Guru, Dari Ibu Ning misalnya, nanti kita usahakan untuk diterbitkan dalam booklet-booklet kecil.
Sebagai penutup Guruji mengingatkan sumpah kita semua, NIM tak akan berpolitik praktis atau berafiliasi dengan partai tertentu, kita melayani semua, menjadi mitra-sahabat semua.
Acara Temu Hati ini diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan kepada Perwakila Walikota, Ibu Wayan Suriastini mewakili tuan rumah untuk menyerahkan bingkisan tersebut. Juga diedarkan petisi penolakan RUU Pornoaksi dan Pornografi serta penghapusan kolom agama di KTP kepada ratusan hadirin yang hadir malam itu untuk ditandatangani bersama.
Indonesia…Indonesia…Negri Tercinta Indonesia….
Oh merdunya….Oh Cantiknya Negri Tercinta Indonesia…
Semua berdiri dan berjoget bersama untuk mengakhiri seluruh rangkaian acara Temu Hati Masyarakat Surakarta Bersama Anand Krishna “Mempertahankan Budaya Asal Demi Integritas Bangsa”
Bende Mataram!
Laporan: Nunung Fulusudin