Pada hari Sabtu, 20 April 2004, ada hal baru dalam Forum diskusi bulanan Mahasiswa di One Earth, Ciawi. Diskusi yang diusung oleh The Torchbearers ini, untuk pertama kalinya, menggunakan pengantar bahasa Inggris sebagai jawaban atas anjuran Guruji Anand Krishna pada diskusi bulan lalu yang menginginkan peningkatan kemampuan berbahasa Inggris bagi para peserta.

Diskusi bulan ini bertema : Youth, Drugs, Sex and Religion, dimulai dengan doa bersama 4 agama pada pukul 16:00 tepat. Dihadiri oleh sekitar 70-an peserta termasuk  mahasiswa dari UIN-Hidayatullah Ciputat, diskusi kali ini menampilkan 3 pembicara yaitu : Ma Archana, Nino Garciano dan Roy B Efferin dengan Wandy Nicodemus sebagai moderator.

Karena baru pertama kali menggunakan format dalam bahasa Inggris, moderator mempersilakan para pembicara dan peserta untuk beropini secara bebas dan seluas-luasnya, tanpa perlu khawatir untuk mencapai suatu kesimpulan.

Archana, sebagai pembicara pertama, berbagi pengalaman ketika membaca buku berjudul : Tuhan ijinkan aku menjadi pelacur. Buku ini bertutur tentang 2 wanita muda yang  kecewa  dengan Tuhan dan melampiaskan kekecewaan dengan melanggar aturan agama sebagai protes terhadap Tuhan. Archana, yang juga pengarang buku Penggal Kepalamu, dan Persembahkan kepada Sang Murshid, mempertanyakan apa yang salah dengan agama sehingga Drugs & Seks masih menjadi problem selama ini? Apakah Tuhan itu hanya sebuah konsep sempurna, tapi tak terjangkau dan ketika `masa sulit’ datang,  dimanakah Tuhan ? Mungkin pandangan seperti ini yang harus dirubah.

Sebagai pembicara ke dua, Nino menceritakan latar belakang Islam yang fanatik membawanya ke suatu perjalanan hidup yang penuh gejolak. Bermula ketika masih SMU, dia taat pada aturan agama (Islam) seperti tidak mengucapkan selamat natal, rajin sholat 5 waktu, tidak mengkonsumsi obat-obat terlarang, tidak bersentuhan dengan lawan jenis dan berpakaian  menutup bagian2 tubuh yang harus ditutupi. Timbul konflik dalam dirinya ketika sebagai atlit renang, dia harus memakai celana renang saja.

Ketika menjadi mahasiswa, dia mulai terjun ke bidang modeling dan hiburan. Di sinilah awal petualangan dirinya dengan obat-obat terlarang, dari `sekedar coba-coba’ sampai menjadi kebutuhan untuk berkreatifitas dan akhirnya ketagihan. Segala macam obat pernah dicoba dari XTC, shabu2, ganja, dan cocaine. Cuma jenis obat putaw yang tak pernah dicobanya karena `kata orang-orang’ sangat mudah membuat ketagihan.

Selain menggunakan obat-obatan terlarang, Nino juga mengakui bahwa pada periode itu, dia melakukan hubungan seks secara teratur sampai timbul pertanyaan apakah ada yang `lebih enak’ dari seks ?

Menjawab pertanyaan seorang mahasiswa kenapa kemudian menggunakan obat-obatan terlarang dan melakukan hubungan seks di luar nikah padahal aturan agama secara jelas melarang kegiatan-kegiatan tersebut, Nino menjelaskan bahwa rasa keingintahuan dan bersenang-senang yang membuat dirinya melakukan semua itu sampai suatu hari Tuhan `menegur’ dirinya dengan cara membuat dirinya Over Dosis (OD).

Pada OD pertama kali, timbul Kesadaraan “Apa yang sedang terjadi?” dalam benaknya, tetapi setelah sembuh, dia `jatuh pada perangkap yang sama’ padahal ketika itu dia juga rajin membaca ayat-ayat dari Kitab Suci dan aturan-aturan agama. Cuma rasa `bahagia’ yang didapatnya membuat ia jatuh lagi dalam `pelukan’ drugs. Pada OD yang ke tiga kali, dia berkeinginan kuat untuk berhenti mengkonsumsi drugs, tapi dia takut ikut program Rehabilitasi, di mana drugs digunakan untuk menghilangkan ketergantungan pada drugs. Suatu hal yang menurut kesadarannya tidak `masuk akal’. Untungnya pada saat itu, dia membaca buku  “Zen bagi Orang Modern”  & “SEMEDI/Neo Zen Reiki” karya Bapak Anand Krishna dan mempraktekkan latihan-latihan meditasi sehingga masalahnya dapat teratasi.

Pembicara berikutnya, Roy, menanyakan `Kenapa Seks itu sangat memikat?’. Rudy, salah seorang peserta menjawab bahwa mungkin karena Seks itu dilarang. Roy juga mengungkapkan data yang menunjukkan bahwa di negara-negara Skandinavia di mana kehidupan free sex terjadi, angka kejahatan seksual relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara di mana free sex diharamkan. Data lain yang mengejutkan dari survey yang dilakukan di negara2 maju, ternyata 60 % wanita mengaku merasakan sakit kepala setelah melakukan hubungan seks, tapi 4-5 hari kemudian mereka akan melupakan sakit kepala itu dan melakukan hubungan seks kembali. Jadi apa yang membuat hubungan seks itu sangat memikat bagi mereka padahal membuat sakit kepala? Pasti ada sesuatu yang terjadi pada diri manusia setelah hubungan seks. Tapi apakah itu ?

`Kenapa masalah seksual sangat susah `diatasi’ dibandingkan dengan masalah ketergantungan obat-obatan, alkohol dan merokok misalnya?’ Roy melontarkan masalah tersebut. Kemudian ia memberikan petunjuk sedikit yang berkaitan dengan fenomena energi. SEX=Synergy Energy eXchange. `Coba perhatikan apa yang terjadi saat terjadi orgasm’ kata Roy memberikan PR kepada penanya.

Pada diskusi kali ini, banyak opini terlontar. Bapak Abrory misalnya, menceritakan bagaimana beliau menghabiskan semua energinya untuk menahan keinginan seksnya ketika masih hidup single di London (masih ingat hal yang diungkapkannya pada diskusi lalu, tentang sholat yang dilakukannya untuk `bertahan’ dari hawa nafsu?).

`Bila kita menikah hanya karena nafsu/mengejar seks saja, itu adalah suatu kesalahan besar,” demikian pak Abrory berkata. Dilanjutkannya lagi dengan mengatakan: “keinginan seks tidak dapat dituntaskan hanya dengan perkawinan saja, tetapi harus dengan latihan-latihan katarsis seperti yang diberikan oleh Guru kami bapak Anand Krishna di sini.”

Para mahasiswa UIN tak mau kalah dalam berpartisipasi dalam diskusi ini. Ada yang bingung kenapa homoseksual dan penggunaan obat-obatan terlarang ditemui di lingkungan taat agama seperti pesantren. Ada juga yang berpendapat bahwa keinginan seks tak dapat `dihilangkan’ tapi dapat dikurangi dengan mengalihkan pada kegiatan-kegiatan lain ataupun pendidikan seks.

Yang menarik, ada seorang mahasiswa yang berpendapat bahwa Agama dan Tuhan tak boleh disalahkan. Seks dan Drugs tidak diharamkan oleh Agama (Islam). Yang diharamkan adalah penyalahgunaan seks dan obat-obatan yang bukan pada tempatnya. Aturan Agama secara jelas mempersilakan manusia memilih jalan baik atau buruk  atas seks dan obat-obatan tersebut. Jadi manusia bebas memilih dan juga mestinya yang bertanggung jawab penuh atas perbuatannya dalam mengkontrol seks dan penggunaan obat-obatan berdasarkan kesadaran masing-masing.Semua
harus dimulai dari diri sendiri bukan dari lingkungan dan bukan dari masyarakat. Hal ini analogi dengan bangsa kita jadi yang harus berubah adalah diri kita masing-masing,” demikian Haris menyatakan pendapatnya yang disambut langsung dengan tepuk tangan para hadirin.

Hal ini disetujui oleh Guruji ketika memberikan pesan penutup di akhir diskusi. Guruji menambahkan bahwa apapun
diperbolehkan selama tidak menjadi ketergantungan, tidak berlebihan dan pada tempatnya. Guruji juga menyinggung istilah dalam bahasa Inggris Dirty Old Mind yang biasanya ditujukan pada seorang lelaki sudah berumur yang sudah tidak punya kemampuan fisik untuk bercinta, tapi mampu dan selalu `bercinta’ dengan pikirannya sendiri.

Menjawab pertanyaan mengenai energi yang dilontarkan oleh Roy, Guruji menjelaskan bahwa dalam diri manusia adalah lapisan fisik dan emosi. Hal inilah yang menjelaskan mengapa kecanduan akan alcohol, drugs dan lainnya lebih mudah dilepaskan dibandingkan dengan seks. Alkohol hanya menyentuh lapisan fisik saja sehingga dengan mudah dapat dihentikan, beliau memberikan contoh seorang yang kecanduan alkohol dan rokok ketika disuruh memilih menghentikan yang mana pasti ia akan menghentikan alkoholnya dan meneruskan merokok. Tetapi jika ia dihadapkan pada satu situasi mending rokok atau seks pasti ia akan memilih seks karena seks melibatkan emosi dan melibatkan energi. Pada saat orgasme untuk `sesaat’ napas kita terhenti saat itulah kita `bersatu dengan yang Maha itu’ saat itu energi kita bersatu dengan `energi kosmik’ dan inilah satu-satunya pengalaman spiritual yang menjadi referensi bagi kebanyakan orang. Itu sebabnya seks menjadi satu hal yang sulit untuk dilepaskan.

“Berbeda dengan kita yang melakukan sholat karena kewajiban” kata Guruji, “Sholat adalah hiburan bagi Nabi Muhammad karena Sholat memberikan 1000 kali kenikmatan dibandingkan kenikmatan orgasme seksual,” ujar Guruji (di sini guruji juga mengatakan sholat/meditasi/kontemplasi/fiqr tujuannya adalah sama yaitu untuk mengalami `persatuan dengan energi kosmik’ itu).

Guruji juga sempat mengomentari tanggapan seorang mahasiswi yang mengatakan bahwa seks diperlukan karena untuk bertumbuhkembangnya manusia dan ini merupakan kewajiban manusia sebagai khalifah di bumi sebagai suatu hal yang sudah ketinggalan jaman, saat ini seks tidak dibutuhkan untuk itu melainkan lebih ke arah pleasure, kesenangan, kenikmatan dan rekreasi. Sedangkan untuk pertumbuhan populasi sekarang ini teknologi sudah canggih sehingga tinggal bioteknologi atau kloning saja.

Pukul 18:00, diskusi akhirnya ditutup dengan kata akhir dari moderator bahwa biarpun diskusi tidak berakhir dengan kesimpulan, paling tidak diskusi kali ini bisa memberikan informasi tambahan bagi kita tentang masa muda, seks, obat-obat terlarang dan agama. Dan ada satu point penting yang ditambahkan oleh Mas Wandy bahwa ternyata Seks bukan hanya untuk pertumbuhan populasi tapi juga untuk `rekreasi’ dan bahkan dapat membawa kita `lebih jauh’ dari sekedar `rekreasi’.

Laporan oleh:  Joehanes