Ajakan “kembali” membela Ibu Pertiwi
Ada sesuatu yang istimewa pada pertemuan Torchbearers kali ini (11 November 2003 pukul 18.00 WIB), yaitu pengarahan dari Guruji – Sang Master. Konfirmasi kembali oleh teman-teman sangat cepat ketika disampaikan bahwa Guruji akan berbicara dan memberikan pengarahan kali ini. Antusias dan respon teman-teman sangat mengharukan . sebagian berangkat lebih awal karena menghindari macet (selama bulan Puasa di Jakarta macetnya gila-gilaan), dan tidak ingin “terlambat” untuk bertemu Guruji, ada juga yang meninggalkan pekerjaan demi bertemu Guruji .. semua itu ungkapan rasa Kasih . Kasih yang selama ini diberikan Guruji kepada kita semua.
Guruji membuka pertemuan itu dengan ungkapan kebahagiaan atas terlaksananya Whirling Dance di Graha Bhakti Budaya dan berharap agar kegiatan sejenis dapat digelar tidak hanya di teater tertutup seperti itu tetapi juga di teater terbuka agar semua masyarakat baik golongan atas maupun bawah dapat menikmatinya (biar tukang toge, tukang teh botol dan pedagang kaki lima lainnya ikut nonton). Kebersamaan dan semangat untuk “berbuat” sesuatu secara bersama-sama rasanya tidak sia-sia . semua tercermin dalam pagelaran kemarin. Ashram lah tempat semuanya bermula . Guruji lah sumber energi itu … Duty-Devotion-Disiplin .. ke tiganya merupakan bagian yang berdiri sendiri namun tidak bisa terpisahkan. “Ketika kita melaksanakan suatu tugas (duty) haruslah dengan rasa devosi dan juga harus bertanggungjawab (disiplin),” demikian Guruji berkata. Dan tidak bisa karena sudah devosi atau karena kita sudah “merasa berbuat sesuatu” untuk Guru kemudian kita melupakan tugas kita dan juga tidak bertanggungjawab. “Semuanya itu adalah tiga serangkai yang merupakan satu kesatuan,” tutur Guruji.
Seperti dalam pagelaran “Whirling Dance – Tarian Para Sufi” Guruji dalam meeting Torchbearers kali ini pun melontarkan ajakan “kembali” membela Ibu Pertiwi .. Saat ini Ibu Pertiwi tengah “diperkosa” Akankah kita sebagai anak-anaknya membiarkan begitu saja apa yang tengah terjadi?
Mulai saat ini kita harus bergerak . berjalan bersama . apa saja yang menjadi pemahaman kita, sikap saling menghargai dan persaudaraan yang berdasarkan KASIH yang selama ini kita rasakan harus mulai disebarkan . tidak harus menunggu agar kita “Cerah” seluruhnya baru bergerak . kita tidak bisa hanya duduk diam . kita harus berjalan . , demikian ajakan Guruji. Negeri ini sudah porak poranda dan Ibu Pertiwi sudah menderita .. kita harus melakukannya saat ini juga. Apa yang telah kita dapatkan dari meditasi kita . entah itu energi . entah itu kekuatan . entah itu Kasih . harus kita kembalikan kepada Ibu Pertiwi. Ibu yang selama ini darinya kita telah “hidup” . dari Ibu Pertiwi dan kita harus berbuat sesuatu untuk Ibu Pertiwi . dan kembali kepada Ibu Pertiwi …
Guruji menutupnya dengan “Vandhe Mataram” , seruan semangat bagi kita semua agar “bersembah sujud pada Ibu Pertiwi dan membela Ibu Pertiwi.”
Vandhe Mataram 3X
Vandhe Mataram 3X
Vandhe Mataram 3X
Ibu Pertiwi suburnya kasihMu
Kuteguk air jernihMu kaya akan cintaMu
Kau terus memberi walaupun dinodai
Berkahi anak-anakMu dengan kekuatanMu
Sembah sujudku padaMu oh Ibu Pertiwi
Vandhe Mataram 3X
Vandhe Mataram 3X
Vandhe Mataram 3X
Demikian lagu yang spontan diciptakan oleh Archana
Mengisi jiwa kita yang hadir saat itu
Semoga semangat ini dapat dirasakan oleh semuanya
Bangsa Indonesia tercinta .. Bangkitlah .. !!!
Vandhe Mataram !