UNIVERSALITAS INJIL MARIA MAGDALENA

Berkah Dalem GURUJI, coretan resensi buku ini dimuat pada di SKH Kedaulatan Rakyat, Minggu 7 Mei 2007.Matur Sembah Nuwun. Jaya Jagadambe! Segala Puja-Puji bagi-Mu, Wahai Bunda Alam Semesta!

Thy servant…

Judul Buku : MAWAR MISTIK, Ulasan Injil Maria Magdalena
Penulis : Anand Krishna
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, Maret 2007
Tebal : v + 196 halaman

“Dia (Yesus) adalah orang timur tulen…Seluruh peribahasa dan perumpamaan yang ada dalam Alkitab, tanpa kecuali berasal dari timur.” Svami Vivekananda, Pujangga Besar India

Komunitas National Geographic meneliti bahwa nama terpopuler bayi perempuan sepanjang tahun 1905-1995 di USA ialah Mary. Kebetulan ada tiga tokoh bernama Maria yang menyertai Yesus sampai bawah salib, yaitu Maria Ibunda Yesus, Maria Martha dan Maria Magdalena. Nilai keberanian dan kesetiaan itulah yang diharapkan menurun pada buah hati mereka.

Buku ini memuat ulasan Anand Krishna seputar pesan-pesan Yesus pada Maria Magdalena – Sang Mawar Mistik. Menurut Master Yoga yang pernah sembuh secara ajaib dari Leukemia ini, ketika menyadari jati diri kita berada dalam pelukan Bunda Alam Semesta (hal 80)

Nah lantas ada 3 kemungkinan. Pertama, bunga yang baru mekar menoleh ke kanan dan ke kiri, banyak bunga-bunga lain yang mekar bareng. “Duh Gusti ternyata kali ini merata turunnya hujan berkah.” Kedua, bunga tadi melihat bunga yang pernah mekar dan kini melayu. Seperti ucapan Shri Krishna pada Arjuna di padang Kurusetra 5000 tahun silam, “Wahai Arjuna, ini bukanlah yang pertama, pengalaman ini sudah berulang sekian kali di masa lalu dan akan berulang lagi di masa depan. Karena itu, janganlah kau menjadi angkuh, jangan pula berkecil hati…Inilah Jalan Kehidupan!.” Ketiga, bunga tadi tidak menoleh ke mana-mana, ia sibuk memperhatikan dirinya…”Akulah Kebenaran Hakiki, tiada Kebenaran diluarku!”

Pengalaman Sang Mawar Mistik unik, Miriam dari Magadhi membuat terobosan (baca: sejarah) baru karena saat “mekar” sontak ia bersimpuh di hadapan Sang Master,”Rabbi, aku tak tahu apa yang terjadi, tapi sesuatu tengah terjadi…” tanyanya dengan penuh kerendahan hati. Itulah sebabnya kenapa Uskup Agung Genoa, Jacobus de Voragine menyebut Maria Magdalena dalam karya monumentalnya Golden Legend (1250) sebagai Iluminata sekalugus Illuminatrix – Ia yang Cerah dan Mencerahkan.

Injil Maria Magdalena ini sebenarnya pernah dicatat oleh para pengikut setia tapi lantas hilang selama berabad-abad. Baru ditemukan kembali pada tahun 1896 di tanah Mesir. Selama 2000 tahun belakangan hanya beberapa orang yang melihat kesucian dalam diri Maria Magdalena. Bahkan hierarki gereja sendiri menganggap Sang Mawar Mistik sebagai wanita biasa yang lahir dan melacurkan diri. Itulah sebabnya kenapa lembaga gereja mengucilkan tokoh satu ini.

Buku ini juga memuat pesan Maria Magdalena kepada para murid lain, setelah Yesus “pergi” mereka sempat merasa ragu, “Janganlah membayangkan pekerjaan Sang Guru sebagai pekerjaan besar dunia di mana kau akan menghadapi para politisi dan penguasa. Anggaplah pekerjaan-Nya sebagai pekerjaan kecil, biasa, untuk mengurusi diri. Dengan mengurusi diri kita masing-masig, kita sudah berkontribusi terhadap urusan dunia. Dengan mengurusi diri masing-masing, kita sudah sedikit meringankan beban dunia.”( hal 75)

Berpaling pada diri sendiri itulah perluasan makna conversion. Bukan melulu ritual pembaptisan dengan air yang bisa menguap, kini saatnya pembaptisan dengan Api Kesadaran, Api Cinta yang tak lekang oleh waktu, yakni dengan menyadari jiwa di balik ritual, spirit of ritual – Spiritual! Conversion sejati sinonim dengan taubah atau tobat. Dalam bahasa Yunani dikenal pula istilah metanoia artinya sama yakni meniti ke dalam diri.

Ulasan Injil Maria Magdalena ini adalah “kabar baik” bagi semua orang. Total ada 19 bagian, dijabarkan dalam ayat-ayat sederhana serta dibumbui ulasan dan cerita menarik dari Anand Krishna. Buku ini semacam offering, persembahan kecil dari Mahamaya bagi masyarakat Indonesia yang pluralis (baca : Bhinneka). Dengan membaca dan merenungkan isinya kita semakin dekat pada Bunda Ilahi yang laduni, melampaui sekaligus meliputi seluruh Alam Semesta. Sehingga walau berbeda agama dengan tetangga sebelah kamar kos, kita tetap bisa hidup berdampingan dalam Kasih, Kedamaian dan Harmoni. Semoga …

(Tarsisius Nugroho Angkasa, Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)