Akhir-akhir ini cuaca di Bali tidak menentu kadang-kadang hujan disertai angin kencang datang menyapa tiba-tiba. Minggu, 2 Juli 2006, angin bertiup agak kencang, udara dingin mengelitik mesra tulang-tulang sendi, tepat jam 18.50 wita alunan musik dari teman-teman The Toucbearer membawa suasana romansa menyebarkan aroma kerinduan pada Bunda Pertiwi.Gejolak hati-Nya begitu kita rasakan akhir-akhir ini, dengan mata terpejam dan tubuh mengikuti irama bhajan/lagu- lagu persembahan,kita berharap Ia dapat tersenyum kembali.

” Saya selalu ingin mengingatkan kita semua bahwa Bali adalah Pewaris Budaya Nusantara. Identitas ini harus dipertahankan supaya masalah yang kita hadapi dapat kita pecahkan bersama. Solusi terhadap permasalah bangsa yang terjadi saat ini dapat kita pecahkan bersama dari budaya kita sendiri”, ungkap Guruji Anand Krishna pada acara Temu Hati bagi masyarakat Bali . Acara dihadiri sekitar 200 orang yang memenuhi aula meditasi Anand Krishna Center Denpasar dan disiarkan secara langsung oleh Radio Republik Indonesia Cab.Denpasar. Guruji mengingatkan kita semua, apapun yang terjadi jangan menyalahkan orang lain. Semua ini adalah akibat dari kesalahan kita sendiri, ada aksi ada reaksi, ini fisika, tidak ada kaitannya dengan agama. Saat ini kita sedang mengalami sebab, sebabnya tidak sepele. Sejak 300 tahun yang lalu kta telah melupakan sejarah, dan akibatnya sungguh fatal.Ada filsafat kuno mengatakan Those who have forgotten history, you are condemned to repeat it. Kalau kita tidak belajar dari sejarah dan kita tidak bisa mengambil hikmat dari itu untuk memapak jalan ke depan yang lebih bagus maka kita akan dituntut untuk mengulangi sejarah itu kembali.Saat ini kita sedang mengulangi sejarah kelam bangsa kita.

Apakah keadaan kita begitu hopeless? Kalau kau sadar maka negara ini akan berubah. Hanya dibutuhkan satu orang sadar untuk merubah keadaan negeri ini. Muhammad, Yesus, Budha, Lao Tze, Krishna satu orang tanpa senjata bisa merubah negara. Senjata kita hanyalah Kasih. Ada cerita dari kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular yang disajikan kembali oleh Guruji begitu segar,menghangatkan ditengah dinginnya udara malam dan tentu saja sangat mencerahkan. Sesekali terdengar tawa cekakaan dari peserta yang hadir dan kemudian kembali hening, serius mendengarkan wejangan beliau.

Diceritakan ada seorang raja bernama Purushuta yg doyan makan daging binatang, konon dia adalah reinkarnasi dari Raksasa yang sudah sadar. Suatu hari karena kecerobohan tukang masaknya, salah satu jari tangan koki tersebut terpotong dan masuk kedalam makanan yang akan disajikan kepada Purushuta, dimakanla h masakan itu dan dia merasakan sangat lezat, bertanyalah dia dan akhirnya kembali menyadari kebiasaanya dulu sebelum menjadi raja, memakan
daging manusia.

Purusharta tersadarkan, dulu dia raksasa, makan daging manusia dan sangat lezat kenapa kini setelah reinkarnasi menjadi raja dia mesti makan daging hewan. Akhirnya kembali keinginan itu didalam dirinya, dibuatlah pengumuman untuk mencari satu orang sebagai santapannya setiap hari. Setelah lewat 2 tahun, rakyatnya berontak, seratus raja yang berada di bawah kerajaan Purushuta pun berontak, tapi terlambat purushuta menangkapi semua raja itu dan memenjarakannya.

Masalah kemudian muncul karena semua raja ditawan siapa yang akan menyiapkan daging manusia untuknya. Pendek cerita Purushuta bertemu dengan Kallaweshma, yang sama gilanya dan mengajaknya bekerjasama. Kallawesma bertanya jika engkau ingin mengajakku kerjasama keuntungan apa yang dapat aku peroleh. Saya akan berikan 100 orang raja beserta wilayahnya kepadamu jawab Purushuta.

Istri para raja yang ditawan semuanya mengungsi ke kerajaan Sutasoma dan meminta tolong untuk membebaskan suami mereka. Sutasoma bersedia menolong dan mendatangi Raja Purushuta untuk menukarkan diri dan kerajaannya kepada Purushuta jika ia mau membebaskan semua raja yang ditawannya. Melihat pengorbanan yang dilakukan Sutasoma para raja tersadar dan bersedia untuk mengorbankan diri mereka sendiri. Singkat cerita akhirnya Purushata tersadarkan juga dan menyadari jati dirinya.Kau dan Aku adalah sama, bedanya Sutasoma sudah menyadari dan Purushuta belum menyadarinya, dan munculah semboyan Bhinekka Tungal Ika, Tan Hana Dharma Magraw. Mungkin disini bagian terpenting dari cerita itu yang ingin disampaikan kembali oleh Guruji kepada kita semua yaitu Berani Berkorban. Berkorban untuk apa? Untuk kepentingan bangsa dan negara. Bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya saja. Orang-orang yang berbuat sewenang-wenang tinggal tunggu tanggal mainnya, mereka akan binasa jika ada seorang Sutasoma yang rela berkorban demi kepentingan orang lain. Dasa sila ini diberikan kepada kita oleh Sutasoma. Cerita yang ditulis oleh Mpu Tantular adalah cerita khas Indonesia . Barangkali tokoh2nya historis, tapi pedomannya adalah khas Mpu Tantular. Jika kita bisa kembali ke akar budaya ini, kita bisa selamatkan negara ini. Tidak sulit. Sumber alam kita luar biasa. Sekian banyak pulau. Sumber alam, sumber daya manusia. Kalau bisa dikelola dengan baik, tidak perlu bergantung pada ekspor impor. Pengolahan kita sudah keliru. Mari kita kelola negara ini dengan baik, dan awali dengan diri sendiri.Bali yang dikelola dengan baik akan menjadi benih, mercu suar. Untuk 1 liter yoghurt, tidak perlu 1 liter bibit yoghurt. Hanya setengah sendok the bibit. Itulah dirimu, setengah sendok teh bibit yoghurt. Itu bisa terjadi, mungkin terjadi. Bali adalah harapan bangsa kita, harapan Nusantara.

Insyaallah, Puji Tuhan, Awighnam Astu, kita akan punya patung Sutasoma. Dan dalam waktu dekat, Sayoga akan ajak semua teman2 partai politik untuk datang kemari dan menghormati Sutasoma. Bukan hanya simbol, patung, tapi dasa sila Sutasoma.
Terima Kasih,Guruji. …

Terima Kasih teman-teman, Indonesia pasti Jaya!!!

Laporan oleh Adhi.