MAJALAH BENDE MATARAM
“Bakti bagi Ibu Pertiwi demi Kebangkitan Bangsa”
Terbit 14 Januari 2005
Edisi Perdana : Januari – Maret 2005
Harga: Rp. 8000,-
Tebal : 52 Halaman
Pemberian nama “ Bende Mataram ” pada majalah ini didasari oleh keprihatinan kami atas situasi bangsa yang hidup di Bumi Pertiwi saat ini. Betapa tidak, hasil bumi, hasil hutan dan aneka tambang yang dikandungnya telah menghidupi kita, tetapi banyak dari kita justru telah melupakan keberadaan Ibu Pertiwi yang selalu memberi dan memberi. Bende Mataram yang berarti “sembah sujudku kepada-Mu, Ibu Pertiwi”, mengajak kita untuk mencintai tanah air, sesuai dengan motto majalah ini: “ Bakti bagi Ibu Pertiwi demi kebangkitan bangsa ”. Sejalan dengan hal itu, pada edisi perdana kali ini, kami menyajikan bagi para pembaca tulisan-tulisan yang bertema “Kasih”. Kami ingin mengajak para anak bangsa agar sudi introspeksi diri, untuk kemudian bangkit bersama dalam Cahaya-Kasih.
Dalam buku ‘Revolusi Belum Selesai’ Bung Karno mengatakan: “…. tatkala saya masih muda, saya telah gambarkan negara yang akan datang dan tanah air yang akan datang, tanah air yang kita pijak buminya itu, saya gambarkan sebagai Ibu kita, Ibu, dan kita menyebutkan negara kita pada zaman dahulu, Mataram, Ibu… Dan kita pun sekarang berkata, bukan saja Mataram, tetapi Ibu Pertiwi, Ibu kita. Kita berkewajiban jikalau benar-benar kita mencintai Ibu kita ini, kita harus menyumbang pada Ibu kita. Di dalam ucapan-ucapan saya tatkala saya masih muda, saya berkata, kita semuanya berkewajiban untuk menyumbangkan bunga, bunga, untuk mempercantik konde, sanggulnya Ibu kita ini. Harus, semuanya harus menyumbangkan bunga kepada sanggul kita punya Ibu. Engkau bisa menyumbangkan apa? Engkau bisa menyumbangkan melati? Berilah melati. Bisa menyumbangkan mawar, berilah mawar. Bisa menyumbangkan kenanga? Berilah kenanga.”
Ibu Pertiwi tidak membedakan suku dan agama anak-anaknya. Ia mengasihi semua anak-anaknya. Ibu Pertiwi akan senang dan bangga jika anak-anaknya bisa saling mengasihi, saling berpelukan dengan mesra dalam berbagai perbedaan.
Marilah kita bahu-membahu mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika yang telah dikumandangkan oleh para leluhur kita. Sehingga memayu hayuning bawono , yang artinya berupaya untuk menyelamatkan dan menyejahterakan Bumi Pertiwi, dapat terwujud.