Banyak pilihan untuk bermalam minggu. Sufi Mehfil atau Pesta Sufi ialah salah satu cara komunitas Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB) merayakan akhir pekan. Bertempat di Padepokan One Earth yang didirikan Anand Krishna di Ciawi, Bogor, pada Sabtu (21/4) 30 orang lebih berkumpul untuk mengikuti acara Sufi Mehfil.
Tarian berputar atau Whirling Dervish ala Jalaludin Rumi menjadi menu utamanya. Jalaludin Rumi ialah seorang penempuh jalur kesufian yang lahir pada awal abad ke-13 di Balkh, kini termasuk wilayah Afghanistan. Beliau putra Bahauddin Walad yang notabene masih keturunan Abu Bakar, sahabat Rasulullah.
Tarian yang dipopulerkan Rumi ini mengajak kita untuk mempersembahkan Tarian Cinta pada Sang Khalik. Sebagai ekspresi Cinta dari seorang hamba pada Sang Kekasih Agung, Allah SWT.
Sejatinya, tarian berputar yang berlawanan arah jarum jam memiliki filosofis mendalam. Artinya, kita sedang berupaya untuk melepaskan ikatan-ikatan duniawi. Mirip seperti melakukan thawaf pada saat ibadah haji, dengan mengelilingi Ka’bah beberapa kali berlawanan arah jarum jam.
Jika tarian itu dilakukan secara rutin niscaya pemahaman dan kesadaran baru diraih. Pun cara pandang kita terhadap kehidupan akan lebih selaras dengan alam.
“Haq Maujud!” Sang Pemandu tarian berseru pada para penari, “Sada Maujud.. Sada Maujud.. Sada Maujud!” dijawab oleh para penari sesaat sebelum mempersembahkan tarian kepadaNya. Sapaan itu berarti, “Kebenaranlah yang ada! Hanya Kebenaran-lah yang ada. Hanya Kebenaran-lah yang mewujud!”
Tarian pun dimulai, perlahan para penari bangkit berdiri, yakni dengan semangat untuk mempersembahkan tarian pada DIA, Sang Khalik. Pada Dia yang menguasai setiap gerak dan lekuk tarian, pada Dia Penguasa Jagad Raya ini.
Tampak jelas sukacita terpancar dari wajah para penari. Hal ini sudah cukup menggambarkan betapa tarian ini membuat mereka mabuk. Tapi bukan karena narkoba atau pun hal-hal di luar diri. Singkat kata, mereka mengalami ekstase tanpa ekstasi.
Hebatnya, perasaan bahagia dan sukacita itu pun tidak hanya dirasakan oleh para penari saja, tetapi juga oleh mereka yang hadir dan tidak menari. Sembari duduk rileks di lantai menikmati tarian dengan mata tertutup atau pun terbuka, mendengarkan alunan lagu, dan merasakan getaran energi spiritual yang tercipta dari tarian berputar tersebut. Penari dan yang menyaksikan tarian larut dalam suasana damai, tenang, dan sukacita yang muncul dari dalam diri.”
Jatuhkan badanmu, bersama jatuhnya badan, jatuhkan pula egomu, jatuhkan pula keangkuhanmu,” terdengar suara lembut Sang Pemandu, yang mengarahkan penari untuk mengakhiri tariannya setelah berputar melawan arah putaran jarum jam selama 20 menit lebih.
Lantas Sang Pemandu melanjutkan, “Bersama jatuhnya badan, serahkan pula keserakahan, serahkan seluruh hijab yang menjauhkanmu dariNya, yang membuatmu tidak menyadari kehadiranNya, yang membuatmu sibuk terlena dalam kehidupan duniawi. Jatuhkan seluruh bebanmu dan biarkan DIA mendaur-ulang dan mengembalikan padamu cinta, kasih, kelembutan, kedamaian, sukacita, bahagia dan kesadaran.”
Setelah beristirahat sejenak, para penari diajak untuk duduk kembali seraya Sang Pemandu berkata, “Bangkitlah sebagai manusia baru, bangkitlah sebagai manusia yang telah mencicipi betapa manisnya kasih, betapa indahnya dapat mempersembahkan tarian jiwa pada Sang Kekasih.”
Kemudian seluruh peserta diajak untuk ber-dzikir dengan bahasa yang bisa dimengerti, “Jernihkan Pandangan ku Ya Allah, Ya Rabb…Sehingga dapat melihat WajahMu di barat, di timur dan di mana-mana.”
Sungguh menakjubkan, sebuah ritual Sufi dari abad ke-13 kini dilakukan kembali di zaman modern pada abad ke-21. Sehingga manusia kontemporer dapat sejenak menarik diri dari semua rutinitas duniawi dan berpaling pada dunia batin. Dalam konteks ini, berpaling pada sebuah upaya refleksi yang bisa membuat kita menjadi sedikit lebih berlembab oleh kasih. Pun kasih ini pula lah yang akan mewarnai hidup kita dalam berinteraksi dengan dunia.
Acara Sufi Mehfil malam itu ditutup oleh lagu merdu yang liriknya diambil dari puisi Mistik Sufi, Kabir:
“Kasih kemana kau mencariKU
AKU berada di sampingmu
KU tak berada di Masjidmu
Tidak pula di Gerejamu
Kasih kemana kau mencariKU
AKU berada di sampingmu
KU tak berada di Kuilmu
Tidak pula di Wiharamu
Bila kau sungguh-sungguh mencari
Kau akan temukan ‘KU disini
KU ada dalam setiap nafasmu
Itulah pesan Kabir untukmu”
(Grup Musik Torchbearers Anand Ashram)
Tarian Rumi ini akan mengajak kita menemuiNya di setiap sudut dunia. Sehingga bisa melihat WajahNya di barat, di timur dan di mana-mana. Tarian Rumi mengajak kita menjadi seorang Sufi modern yang dapat merangkul keragaman. Sehingga dapat berinteraksi sosial dengan semangat melayani sesama. Karena sesungguhnya, Dia yang di puja dalam nama dan rupa yang beda merupakan Dia Hyang Satu jua, yang menghuni setiap wujud, “Haq Maujud! Sada Maujud.. Sada Maujud.. Sada Maujud!”
——————
Reporter : Selamet Jr Dwipantara – Editor: T. Nugroho Angkasa