Tanggal 12-21 november 2004 ini menjadi sangat special karena Anand Ashram mengadakan acara yang diberi nama 9 malam menuju Tauhid. Pada malam harinyapun tak kalah menarik karena diisi dengan ceramah  pembicara-pembicara dari 5 agama besar di Indonesia ditambah dari Kong Hu Cu sangat membuka wawasan peserta yang diikuti sekitar 100 orang dari 10 kota di seluruh Indonesia. Pembicara pada hari pertama adalah Bapak Nazarudin Umar dari Universitas Syarif Hidayatullah Ciputat yang mewakili agama Islam, dan Bapak Fran. Magnis Suseno yang mewakili agama Kristen Katholik. Pada tanggal 16 nov 2004 diisi oleh Bapak Nathan Setiabudi yang menjabat sebagai ketua PGI sebagai pembicara mewakili agama Kristen Protestan, lalu tanggal 17 nov 2004 dilanjutkan oleh Bapak Yo Priastama yang menjabat  sebagai ketua I Sekolah tinggi Agama Budha sebagai pembicara dari agama Budha dan pembicara dari agama Hindhu adalah Bapak Adi Suripto yang menjabat sebagai Sekretaris PHDI pusat. Serta pada tanggal 20 nov  2004 tambahan dari Kong Hu Cu yaitu Bapak Candra Setiawan yang tidak dijadwalkan sebelumnya. Kelima  pembicara ini membicarakan esensi agama masing-masing.

Dimulai oleh Bapak Nazarudin Umar pada hari pertama mengatakan “mengapa kita perlu belajar mengenai esensi agama?”, karena setiap hari ada saja refleksi kehidupan beragama yang tidak relevan lagi dan juga hubungan beragama semakin lama semakin pluralistic sehingga ada kerinduan kehidupan beragama seperti jaman dahulu ketika Bapak Nazarudin kecil. Hal ini dipertegas oleh moderator berdasarkan hasil survey  th 1980 2% masyarakat Islam di  Indonesia ingin memberlakukan Syariat Islam di Indonesia dan angka itu meningkat pesat kini menjadi 50% dan 55% setuju diberlakukannya hukum rajam. Padahal kelompok militan hanya 1% tapi hasil survey masyarakat indonesia sebagian besar menginginkan ini. Hal ini tentu tidak akan terjadi jika kita bersama-sama menghayati esensi beragama.  Dan beliau juga mengatakan bahwa yang membesarkan  Islam Fundamental adalah media karena dengan membicarakan hal yang minoritas ini maka media akan menjadi objek berita. Sehingga jika ingin melihat indonesia  seharusnya melihat apa yang tidak disuarakan oleh media. Dan juga dengan adanya kasus-kasus di Indonesia  bukannya menjadi indicator untuk tidak damai dan mempererat persaudaraan beragama di Indonesia.

Begitu pula ketika Bapak Magnis Suseno berbicara mengenai esensi agama katholik adalah percaya allah beserta kita. Bagi Kristen inti imannya adalah Yesus dan yang dijunjung tinggi adalah pribadi Yesus. Yesus adalah peristiwa central saat ditolak oleh ulama-ulama Yahudi dan membunuh Yesus, Yesus tetap taat kepada allah yang menghendakiNya. Keteladanan Yesus hidup di dalamNya sehingga selalu merasakan ilahi dimana mana inilah yang akhirnya di tulis oleh murid-murid Yesus  yaitu Mateus, Markus, Lukas sebagai kitab perjanjian baru 70 tahun setelah Yesus tiada.

Salah satu unsur yang paling penting Roh Allah membimbing gereja untuk mendapatkan kitab-kitab diilhami oleh roh kudus kitab suci produk gereja sendiri menjadi kerangka yang bisa dipegang oleh umatnya sendiri. Dan betapapun perbedaan gereja-gereja ritual-ritual ini sama dan ini adalah struktur yang dimiliki oleh semua gereja 1500 th pertama sampai hari ini.

Penerimaan katholik terhadap pluralistic menurut Romo Magnis Suseno adalah dikarenakan sejarah perkembangan perjalanan katholik selama ratusan tahun yang membuat gereja-gereja belajar terhadap luka-luka yang pernah timbul dalam perjalanannya sehingga gereja-gereja katholik dapat bergulat dengan modernitas. Dan juga gereja-gereja katholik akhir-akhir ini menjadi kuat karena hidup menurut injil yang menuntut masyarakat social, serta kepekaan bahwa semua agama mendukung kehidupan melawan budaya kematian dalam berbagai bentuk  seperti hukuman mati perang ,abortus dan lain-lain.

Bapak Nazarudin-pun menambahkan bahwa pendidikan berwawasan pluralistikpun sangat penting bagi anak-anak sekarang untuk melandasi pemahaman beragama.di Indonesia.agar generasi kedepan tidak lagi mempersoalkan perbedaan yang ada melainkan menerima perbedaan dan persamaan sebagai anugrah yang indah dan bisa melihat kebenaran sama atau lebih baik pada agama lain daripada agama kita.

Bapak Magnis Suseno menambahkan bahwa kesalahan yang paling besar adalah ketika para ulama dan lembaga masing-masing agama  membicarakan agama hanya sebatas wacana saja dan tidak merefleksikan Yesus dalam tingkah laku sehari-hari begitu pula Bapak Nathan Setiabudi dalam kesempatan inipun mengatakan agak sulit untuk mengemukakan esensi agama Kristen  Protestan. Tetapi dengan keyakinan agama akan memanusiakan manusia dan melihat agama seseorang adalah dengan melihat prilakunya sehari hari sehingga esensi beragama seseorang akan terlihat disitu  karena ada gerak external dan internal yang melandasi pemahaman dan tingkah laku sehari-hari.

Dan kebanyakan dari kita tidak memiliki energi yang cukup untuk mengkritik diri sendiri karena ketika konflik kita harus kembali kepada diri sendiri.

Dan ketika teman teman bertanya mengenai  etika para pendakwah Kristen Protestan ini sangat extrim,maka Bapak Nathan mengatakan bahwa agak sulit untuk mengontrol karena terkadang diwarnai ego masing-masing pendakwah walau sudah berusaha diseragamkan .

Wakil dari agama Budha Bapak Yo Priastama mengatakan bahwa kesadaran kebersamaan untuk mewujudkan kebersamaan sejati dengan mengambil saripati dari esensi agama tidak lepas dari pemahaman dan penghayatan orang itu sendiri dan berdasarkan latar belakang orang itu sendiri. Seperti pengalaman beliau sendiri adalah menghayati ketokohan Sidharta Gautama sebelum menjadi Budha dari kelahiran hingga mencapai pencerahan  karena menurut beliau spiritualitas terjadi sebelum menjadi budha, sangat merefleksikan Sang Budha. Jika melihat dari kehidupan Sang Budha sendiri sosok Sang Budha adalah pemuda yang radikal dan revolusioner di jamannya. Karena beliau memiliki semangat berubah untuk mencapai kesadaran murni atau kesadaran Budha.

Bapak Adi Suripto mengingatkan bahwa Indonesia adalah sebuah Nagari  yaitu masyarakat yang memiliki budaya nusantara dengan keberagamannya . Bapak Adi Suripto menekankan bahwa semua yang ada ini dumadi atau mengalir berubah darimana asalnya dan kemana arahnya, sangkan paraning dumadi agama tidak menghilangkan budaya saya karena saya mengemban amanah budaya leluhur saya. Setiap detik waspada meningkatkan diri secara terus menerus dan harus mengendalikan diri sebaik-baiknya. Dari teman-teman pun ada yang bertanya mengapa Hindu di Indonesia kesannya adalah Hindu Bali seperti membalinisasi seluruh Hindu di Indonesia.Bapak Adi Suriptopun menjawab bahwa sebenarnya Hindu di Bali dari sejarahnya adalah dari jawa dibawa oleh Empu Kuturan ke Bali karena terdesak oleh masuknya agama Islam maka Hindu di Bali lebih fanatik, apreori dan yang dibesarkan adalah bhakti dengan ritual agar dapat bertahan terhadap agama Islam yang sudah menyebar di jawa.

Peserta banyak yang terhanyut dengan gaya bicara Bapak Adi Suripto yang juga dalang dan sangat lugas, jujur, apalagi diawal acara setelah dilantunkan doa 4 agama beliau sangat terharu dan ingin sekali merasakan hal ini juga di luar Asram karena belum pernah beliau dengar seumur hidup. Begitu pula Beliau menekankan bahwa orang Jawa berarti adalah orang yang jujur karena kata Jawa sendiri diambil dari kata arjawen  yang kemudian menjadi Kejawen yaitu jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Beliau juga menegaskan bahwa sembahyang yang dilakukan sehari-hari akan membentuk dan menanam  disiplin diri agar selalu mencoba bersatu dengan Tuhan karena diri ini sendiri tidak tahu persis pamor sukma sehingga harus menyepi dan pikiranpun akan bening tanpa kekotoran itulah yang akan membuka mata bathin sehingga akan mencapai kejadian meditasi yang sangat nikmat. Kurang lebih begitu isi dari tembang yang dinyanyikan oleh Bapak Adi Suripto

Dengan budaya kita menggali lagi kekayaan peradaban Hindu yang ada di Indonesia karena Hindu adalah agama peradaban sehingga tidak ada misionaris dalam agama hindu dan akar budaya inilah yang bisa memparsatukan bangsa ini.

Terakhir adalah dari Bapak Candra Setiawan  adalah dari Kong Hu Cu yang juga anggota Komnas Ham dan rektor Bisnis Indonesia. menekankan pada etika dan menghayati ajaran tridharma yaitu gabungan antara kong hu cu , Tao, dan Budha. Sehingga bisa kita lihat di klenteng-klenteng manapun selalu ada patung dari ketiga kepercayaan ini.

Namaste…
chicha

Related Links:
Lihat Photo Gallery