Dear All,
Adakalanya kita menghadapi suatu kejadian yang tidak pernah kita sangka. Pengalaman ini sungguh bermakna untuk saya, semoga bermanfaat pula untuk semua. Saya beri judul cerita pengalaman ini “Perjalanan Menuju Tauhid”.
Beberapa bulan yang lalu saya mendapat info dari Ma Upasana bahwa Ashram akan mengadakan retreat dengan tema 9 Malam Menuju Tauhid. Saya senang menerima kabar ini, lalu segera saya mengumumkan pada teman-teman di Jogja. Saya yang mengurus pendaftaran teman2 yang ingin mengikutinya.
Awalnya saya kaget karena diadakannya pas lebaran, tapi kemudian saya berpikir bahwa inilah kesempatan untuk “Deconditioning”. Ternyata kemudian “mind” saya masih nakal juga. Saya berpikir, memangnya mama dan papa tahu soal “conditioning” atau “deconditioning”? Yang mereka tahu lebaran itu semua anak dan cucunya musti dan harus kumpul di rumah bersama mereka. Mereka pasti marah besar jika saya minta ijin untuk ikut pekan tauhid. Itulah “conditioning” yang saya buat sendiri. (dibuat sendiri, terperangkap sendiri. nantinya saya merasa lucu dengan diri saya sendiri)
Tiba saatnya saya meminta ijin pada mereka. Saya sempat deg-degan. Seorang teman dari Ashram menyarankan bahwa saya musti tenang dulu sebelum bicara pada mama dan papa. apapun yang terjadi saya harus siap menerima. Saya sudah membayangkan mama akan marah besar dan papa yang akan menenangkannya. You know what happened? yang terjadi adalah sebaliknya. Justru papa yang marah-marah dan mama bisa menerima kepergian saya nanti. Terbukti saya terjebak oleh pikiran saya sendiri.
Sudah mendapat ijin dari ibu, itu saya anggap sebagai berkah yang luar biasa. Restu dari ibu, itulah yang saya butuhkan. Namun sebelum kejadian itu, ada pengalaman yang lain.
Saya sempat bingung, dari mana saya bisa mendapatkan uang sebanyak Rp 850 ribu dalam waktu yang relatif singkat. Bagi saya uang dalam jumlah itu cukup banyak. memang ada satu-dua orang yang meminta saya untuk menterjemahkan, tapi itu tidak akan mencukupi, mengingat penerjemah apalagi di Jogja belum begitu “dihargai” ditambah lagi saya masih tergolong “beginner” sekali. he he he
Karena bingung, saya duduk di depan altar dimana saya meletakkan foto Guruji Anand Krishna. Sejenak saya pejamkan mata. Setelah itu saya komat-kamit sendiri, “Bapak, kalau Bapak memang menghendaki saya hadir dalam acara 9 malam menuju tauhid, Bapak pasti akan memudahkan segalanya. Termasuk uangnya pun pasti akan Bapak sediakan.”
Maka terjadilah sesuai kehendakNYA. Akhirnya saya mengalami sendiri apa yang Isa katakan bahwa “Imanmu akan menyelamatkanmu”. Dan benar saja, Bapak memang mengirimkan uang melalui seseorang. Lagi-lagi berkah yang luar biasa. Apa yang saya khawatirkan selalu tidak terjadi. Saya menangis gembira dua “rintangan” sudah teratasi. uang dan minta ijin sudah beres. saya pikir selanjutnya akan mudah. But, unfortutately, it isn’t that easy!
Tiba-tiba ada beberapa teman A, B, C yang mengundurkan diri. Ada yang masih ragu-ragu, bahkan ada yang tidak akan berangkat kalau ternyata si D tidak berangkat. Saya berpikir, “Apa-apaan ini!”. Bukankah 9 malam bersama dengan Wujud Sang Murshyid merupakan berkah yang luar biasa, tapi kenapa begini. Tanpa sadar saya ikut terpengaruh. Saya sempat sedih, bagaimana seandainya kalau sayapun ternyata harus tidak berangkat. Namun kesedihan saya sungguh tidak beralasan, bukankah Dia tidak pernah berpisah dengan kita. Tapi tetap saja ada rasa kecewa.
Menuju Tauhid ya ya ya ya menuju Dia yang Satu adanya diperlukan Kepasrahan yang luar biasa total. Saya melihat ke dalam diri ternyata kepasrahan diri saya belum apa-apa. Saya masih harus terus belajar dari setiap kejadian dan setiap pengalaman. Sampai sekarang bahkan saya belum tahu apakah saya akan benar-benar berangkat ke pekan tauhid. Sekali waktu saya melirik ke Foto Guruji, lalu seolah Dia benar-benar senyum sambil berkata, “Di mana keyakinanmu?”. He he he Bapak, Meera really, really, really miss You and really, really, really love You, but i know You love me more.
Sekian dulu teman-teman, semoga bermanfaat.
Salam Penuh Cinta,
Meera