Auditorium Fakultas Kedokteran UGM, Jl. Kaliurang Yogyakarta Minggu, 7 Mei 2006 , jam 10.00-12.15 WIB
Acara Seminar “Meditasi” di UGM ini telah berubah menjadi obrolan “Mediasi” yang santai, sarat tawa canda dan keceriaan karena secara kebetulan ditengah sharing dan joke dari Guruji Anand Krishna mendadak huruf “T” yang ditempel di sebagai background podium terlepas.
Memang selama hampir dua jam lebih 300an mahasiswa-mahasiswi dari berbagai fakultas di UGM serta Universitas lain di Yogya berkumpul, belajar, bernyanyi, menari dan…berbahagia bersama.
Berikut ini coretan singkat mengenai acara tersebut. Tepat pukul 10 pagi acara seminar dimulai dengan hentakan lagu Wujudkan Persatuan….Hanya dengan rasa Cinta… oleh muda-mudi The Torchbearers.
Kemudian Guruji Anand Krishna mengajak seluruh peserta seminar untuk berdoa sesuai agama masing-masing, beliau mengingatkan bahwa saat orang lain memadahkan doa kitapun turut mengapresiasi karena sejatinya kita berdoa pada Dia yang Satu adanya, Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kekhusukan…Alunan Al-Fatihah, tembang Bapa Kami, pujian Gayatri, syair Buddham Sharanam mengalun membentuk sebuah shimponi yang harmonis.
“Ternyata kita semua di sini bisa duduk bersama, berdoa bersama …dan everything is fine, tak ada yang saling bertengkar, bacok-bacokan berarti tujuan seminar sudah tercapai. Yak seminar meditasi ditutup! Sekarang kita hanya akan ngobrol santai saja,” demikian kata Guruji Anand Krishna yang disambut dengan tawa dan tepuk tangan dari seluruh peserta seminar.
Kunci pokok harmonisasi bangsa adalah sang mayoritas mengalah dan si minoritas tak cengeng, masing-masing pihak saling ‘arifun”, tak sekedar saling kenal namun secara lebih mendalam dan tulus hendaknya saling mengasihi. Rencanannya Guruji akan mengajak Mona Darwish, seorang perempuan Timur Tengah ke seminar ini untuk bicara tentang nilai-nilai pluralitas serta pengalaman hidupnya semasa konflik agama di Lebanon selama 16 tahun, semoga tragedi semacam ini tak terjadi di Indonesia dengan catatan kita mau belajar dari pengalaman itu. Namun akhirnya ia tak jadi ikut karena ia harus pulang ke negerinya karena ada sanak-familinya yang meninggal.
Meditasi bukan sekedar duduk diam selama berjam-jam, bahkan ada yang mengukur kesuksesan meditasi yakni kalau digigit nyamuk tak terasa lagi, ada lagi yang bilang saat orang sudah cerah maka ia akan “moksa”, tubuhnya melebur menyatu dengan unsur alam, dlsb. Penafsiran sempit semacam ini seyogyanya diperluas, meditasi bukan untuk mencari atau menjadi apa-apa, toh pada akhirnya semua mati. Termasuk meditator sekalipun tak bisa luput dari kematian. Di Jakarta dalam sehari ada 7.000.000 tikus mati, mereka “moksa” juga, batangnya menyatu dengan alam, kalau tak begitu bisa muncul wabah penyakit dong.
Namun definisi kematianpun perlu diperjelas, ada penelitian saat mayat dikubur dalam tanah selama 6 bulan ternyata kuku dan rambutnya masih tumbuh, itu bermasi masih ada daya hidup. Mindatau roh manusia beratnya 30 gram, ini yang disebut energi, prana, dlsb. Mind inilah yang menggerakkan otak manusia yang menyimpan seluruh memori kita. Yah karena badan saya gede, perbedaan saya dan anda cuma setengan gram, kalau anda 30 gram ya saya 30, 5 gram. Kembali seluruh peserta tertawa pendengar penjelasan Guruji.
Stephan Hawking seorang ilmuawan yang termuka dengan teori “bing bang” nya juga mengemukanakan teori baru tentang pemetaan gen manusia, sehingga kita bisa mengkreasi manusia baru sesuai kemauan kita. Menurut berita paling mutakhir di Amerika sudah ada 200 manusia hasil kloning, walau pihak negara dan lembaga agama tak menyetujui, ada pihak swasta yang mensponsori penelitian ini, kalau begitu konsep Tuhan sebagai Pencipta akan menjadi kadarluarsa dong? Nietche pernah mengatakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dengan sistem kerja tertentu yang sudah berjalan secara rapi dan teratur ibarat kita membuat botol plastik air mineral saja, setelah itu Ia menganggur.
Konsep Pencipta dan Ciptaan yang digembar-gemborkan Barat mengandung mispersepsi, amat rentan dan lemah, ibarat rumah kertas. Timur mengatakan Tuhan dan Manusia ibarat, penari-tarian, bulan-rembulan-air-laut, tak terpisahkan satu sama lain.
Karena banya orang dari Bali Guruji bercerita tentang pulau dewata, pada tahun 1970 Bali masih polos, lugu. Kita bisa tidur tanpa pintu terkunci dan tak ada maling yang masuk, pada 1975 seorang pendeta datang membawa 4 Kitab Suci Veda, kini disiang bolongpun banyak yang kecurian.
Hindu bukan mengacu agama tertentu, tak ada istilah hindu dalam Kitab Negarakertagama ataupun Veda yang terdiri dari banyak jilid tersebut. Pemahaman sejarah kita harus dirombak, Hindu berasal dari kata Shinto menurut I-Ching dari China, Indies menurut Marcopolo dari Eropa, India menurut orang Inggris. Al Bairuni 1000 tahun lalu mengatakan bahwa hingu mengacu pada peradaban sungan Shindu yang mengalir dari Afganistan sampai Astraley, Australia.
Walaupun kita di sini berbeda agama tapi budaya kita satu, Indonesia, kita tak pernah mengimpor budaya dari luar. Istilah “eling lan waspada” adalah asli Nusantara, itulah meditasi.
Meditasi dalam bahasa Sankrit “Dhyana”, kemudian di China menjadi “Chang”, sedang di jepang “Zen” semua menunjuk pada satu keadaan, “state of being”. Saat orang mengatakan aku sedang meditasi itu berarti ia tidak meditasi. Dalam tradisi Arab meditasi disebut Murkabah yang berarti mendekatkan diri dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembuktian berarti mengkerdilkan Tuhan, istilah semacam cendekia, teologia sama saja melicikkan, melogikakan Tuhan yang sejatinya tak bisa dilogikakan ataupun dipolitisasikan.
Agama adalah urusan Cinta, mencintai itu sehat dan orang yang sehat pasti mencinta. Ada penelitian ilmiah di laboratorium yang meneliti air liur orang yang disuruh nonton tentang Cinta, setelah diteliti air liur mereka semua mengandung enzim imuniglobin yang bisa menangkal segala penyakit. Meskipun yang menonton tadai beragama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, Kong Hu Chu dlsb…kandungan air liurnya tetap sama.
Masih banyak mutiara pencerahan yang dibagikan oleh Guruji kepada para orang muda di Jogja pada acara yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Hindu UGM ini. Banyak sekali joke-joke lucu yang dibawakan oleh Guruji dengan gaya fungky abis sehingga memancing gelak tawa seluruh hadirin.
Pada sesi latihan Voice Cuturing semua berteriak mengeluarkan sampah-sampah yang terpendam dalam diri sehingga otomatis kasih, keceriaan selama ini tertutupi sampah pikiran, karat emosi, trauma masa lampu bisa muncul ke permukaan.
Acara ditutup dengan lagu dan Musik Kebangsaan dari The Torcehbearers, menyuarakan pesan-pesan persatuan dan cinta di antara sesama putra-putri Ibu Pertiwi. Bhineka Tunggal Ika, Satu Rasa…Satu Jiwa…Satu Bangsaaaaaa INDONESIA…
Bende Mataram!