Ultah ke-18 Yayasan Anand Ashram (telah berafiliasi dengan PBB) ditandai dengan acara Ruwatan Nusantara di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dengan pengisi acara dari grup kesenian Bali, Bona Alit yang menuturkan cerita tentang Sutasoma yang diadaptasi dari Buku Bapak Anand Krishna, berjudul Sandi Sutasoma.

Acara Ruwatan Nusantara ini sendiri dimulai Pk. 18:00 dengan Press Conference yang dihadiri oleh beberapa media, seperti Antv, MetroTv, TVRI, Majalah Telescope, dll yang menghadirkan Bapak Anand Krishna–Pendiri Yayasan Anand Ashram, dan Ibu Maya Safira Muchtar– Ketua Yayasan Anand Ashram sebagai narasumber. Sementara itu para tamu yang mulai berdatangan dipersilakan untuk mencicipi hidangan malam sederhana, khas makanan tradisional Indonesia.

Di beberapa tradisi, “pembersihan jiwa” atau ruwatan ditandai/disimbolkan oleh basuhan air bersih. Demikian pula hari ini, tepat Pk. 19:00 WIB, hujan lebat yang selama beberapa hari terakhir menghantui kota Jakarta, kembali mengguyuri TMII dengan derasnya sehingga sedikit mengganggu para tamu yang mulai berdatangan akibat tampiasan air hujan yang dibarengi angin kencang. Tampaknya Alam turut berpartisipasi dalam ruwatan ini secara simbolis dengan mengalirkan air bersih untuk “membersihkan beban kotoran” yang selama ini membebani bangsa Indonesia.

Dalam acara ini, turut hadir tokoh kemanusiaan Bang Adnan Buyung Nasution yang walaupun dalam keadaan kurang fit (dan sebenarnya dilarang beraktifitas di luar ruangan oleh dokter) menyempatkan diri untuk hadir dan naik ke panggung untuk mengucapkan sepatah dua patah kata sambutan. Dalam kata sambutannya, dengan jujur Bang Adnan mengungkapkan ketidakmengertian beliau dengan istilah “ruwatan.” Apalagi beliau sering diberikan keris yang kata orang harus secara berkala diruwatkan.

Bapak Anand Krishna dalam sambutannya menjelaskan bahwa ruwatan berarti pembersihan jiwa rakyat Indonesia dari segala macam beban pikiran, beban kebudayaan yang tidak sejalan dengan kondisi Indonesia, dsb-nya sebagai sarana untuk menyadarkan akan jati diri bangsa. Beliau juga mengingatkan kepada kita semua bahwa di dalam kebudayaan Nusantara pernah ada seorang suci yang merupakan Guru dari tokoh spiritual Atisha yang amat dihormati oleh India dan Tibet, termasuk Dalai Lama, yakni Dharmakirti Svarnadvipa. Guru Dharmakirti inilah yang mengajarkan meditasi tong-len sebagai salah satu tradisi ruwatan asal budaya Nusantara, yang sekarang ini malah dipraktekkan dan dilestarikan oleh para bhikku di Tibet sebagai salah satu teknik meditasi. Meditasi tong-len pun sempat dilakukan di panggung.

Dalam, cerita Kakawin Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular, Sutasoma yang penuh keras pada akhirnya pun ter-‘ruwat’kan, mengalami pembersihan jiwa, dan menyadari kebhinnekaan dalam kehidupan ini. Di sinilah muncul istilah Bhinneka Tunggal Ika yang dikutip oleh para founding fathers Bangsa Indonesia sebagai Semboyan Negara.

Cercahan sandi-sandi sutasoma ini pun diharapkan merasuki jiwa dan pikiran rakyat Indonesia agar menyadari kebhinnekaan kebudayaan dan tradisi budaya Nusantara sebagai jati diri bangsa, dan menjadikan puncak-puncak budaya Indonesia ini sebagai sandaran dan pedoman hidup sehari-hari.

Dalam acara ini, wakil Wagub DKI Jakarta & pemain violin Maylaffayza turut memberikan sepatah-dua patah kata kesan-kesan pada acara ini, sebelum pagelaran seni Bona Alit dilangsungkan.

Manajer Anjungan Jawa Timur, TMII dalam kesempatan terpisah menyatakan kekaguman dan sangat terkesan dengan acara ini dan kemasan modern-kontemporer pagelaran seni budaya Indonesia seperti yang disajikan Bona Alit pada malam ini. Beliau sangat mengapresiasi acara seperti ini & bergembira karena acara ini meyakinkan beliau bahwa masyarakat Indonesia akan kembali pada nilai-nilai luhur budaya negeri sendiri dan akan kembali menjadi penikmat kesenian hasil ekspresi anak-anak bangsa sendiri, bila kemasannya dapat dipadukan dengan teknologi dan kondisi modern saat ini.

Kira-kira lebih dari 2000 orang hadir dan menonton acara Ruwatan Nusantara ini, walaupun mereka ‘dihadang’ oleh derasnya hujan di awal puncak musim hujan yang sedang mengintai banjir yang kerap hadir di kota Jakarta beberapa tahun belakangan ini.

Semoga kita semua, masyarakat Indonesia, dengan Ruwatan Nusantara malam ini, kembali menyadari jati diri kita bahwa kita semua, walaupun berbeda-beda, tapi punya satu ikatan benang merah yang bisa menyatukan kita semua, yakni Cinta … Cinta dan Bhakti kita pada Ibu Pertiwi, Bangsa Indonesia. Bahwa kita sudah berbudaya tinggi jauh dari pencapaian budaya-budaya bangsa lain. Bhinneka Tunggal Ika.

Akhir kata, Selamat Ulang Tahun kepada kita semua, keluarga besar, Anand Ashram yang dengan Bapak Anand Krishna tidak lelah-lelahnya mewujudkan satu keluarga besar dunia dalam One Earth, One Sky, One Humankind.