Pada tanggal 2 April 2007, kota Semarang mendapat berkah kehadiran Guruji Anand Krishna. Guruji Anand Krishna mendapat undangan dari pihak Program Magister Promosi Kesehatan UNDIP untuk memberikan kuliah umum bertema “Penanggulangan HIV-AIDS dan IMS dengan manajemen seks.”
Acara dimulai pukul 15.00 WIB dan dibuka oleh Ibu Tinuk selaku dekan FKM. UNDIP. Antusiasme terlihat dengan membludaknya jumlah peserta hingga mencapai sekitar 200 peserta melebihi kapasitas ruangan yang hanya 120 orang, banyak di antaranya tidak mendapatkan tempat duduk.
Ibu Tinuk mengungkapkan kekaguman beliau pada Guruji Anand Krishna dan berharap kedatangan Guruji Anand Krishna dapat memberikan wawasan baru dalam penanggulangan infeksi menular seksual (IMS) karena beliau berpendapat bahwa instansi kesehatan tidak akan mampu menangani IMS sendirian. Diperlukan kerjasama dari semua pihak untuk mengatasi masalah ini.
Guruji membuka kuliah dengan cara yang unik dan tidak terduga. Beliau mengatakan, “Mari kita melanggar aturan perkuliahan!” Yang langsung dijawab dengan tepuk tangan dan gemuruh tawa. Guruji memulai dengan joke tentang Mulla Nasruddin.
Konon, Mulla pulang dari kerja dan melihat istrinya main gila. Sudah menjadi aturan umum bahwa pria punya hak prerogratif untuk main gila, tidak demikian dengan sang istri, tetapi kali ini Mulla tidak marah. Mulla cuma berpesan kepada istrinya,”Kenapa main gila dengan orang miskin, dengan pengemis? Paling tidak dengan yang lebih kaya.” Sang istri menjawab bahwa “Fakir miskin kan harus didanai. Pengemis itu meminta barang-barang bekas yang sudah tidak pernah dipakai selama 50 tahun, ya saya ini…”
Kontan saja, semua peserta senyum-senyum dan tertawa. Tapi Guruji masih melanjutkan dengan joke lain:
Mulla ingin mengadakan ulang tahun perkawinannya dimana segala sesuatunya sama persis seperti saat ia menikah dulu. Tak peduli berapapun ia harus menghabiskan uangnya, bahkan sepakat dengan harga 500 juta untuk mengganti biaya hotel. Saat segalanya sudah siap, Mulla masuk bersama istrinya di kamar hotel. Kali ini, ia pun minta izin ke toilet sebelum ke ranjang. PErsis seperti 50 tahun yang lalu, Mulla kembali tertawa terbahak-bahak. Berbeda dengan 50 tahun lalu, kali ini istrinya memberanikan diri untuk bertanya kenapa Mulla tertawa. Mulla menjawab, “Dulu saya tertawa karena pipis dan mengenai dinding tapi kali ini pipis mengenai sepatu.”
Untuk joke yang satu ini, banyak peserta yang harus berpikir lama, bahkan Guruji harus memberi penjelasan bahwa “kemampuan Mulla sudah menurun” barulah semua peserta bisa tertawa bersama. Hehehe.
Setelah puas dengan joke, barulah Guruji mulai membahas masalah secara serius. Beliau menyatakan bahwa akar masalah yang dihadapi bukanlah masalah seks melainkan masalah belief system, yaitu sistem dasar kita pelajari dari usia 1-12 tahun. Sesuatu yang dipelajari kemudian akan dibandingkan dengan belief system tersebut. Bila seks diajarkan sebagai sesuatu dosa saat kecil, akan terjadi refusal pada diri kita. Belief system seperti inilah yang perlu dirombak saat ini, terutama pada anak-anak kecil sekarang ini.
Guruji menyarankan bahwa sudah saatnya ada institusi yang mulai meneliti dan berani mempublikasikan hasil penelitiannya tentang belief system ini. Dalam hal ini, keberanian institusi pendidikan Malaysia perlu dicontoh. Ada institusi di Malaysia yang berani mempublikasikan hasil penelitian bahwa kerudung lebih cocok untuk daerah tropis karena bahannya katun dan cocok dengan kita yang lembab. Mereka berani merombak opini publik dengan bukti-bukti yang scientific. Sudah saatnya ada institusi di Indonesia yang juga berani merombak secara scientific. Guruji bahkan melemparkan 1 pertanyaan :”Mengapa nenek kita tidak pernah memakai feminax? Apa ada yang berbeda?”
Berikutnya Guruji memaparkan fakta baru tentang kecenderungan seksual manusia. Menurut Guruji, kita semua adalah homoseksual saat kita masih kecil, buktinya adalah kita senang memegang alat kelamin tapi dilarang oleh orang tua. Ini terekam sehingga menjadi forbidden pleasure. Sesudah berusia 5 tahun barulah kita menjadi heteroseks. Fenomena gay terjadi karena perkembangan psikis yang tidak mengikuti pertumbuhan fisik. Ini bukan penyakit, ini bukan dosa. Guruji menegaskan bahwa kita perlu melihat masalah secara komprehensif mengenai masalah gay ini, mereka hanya mengalami keterlambatan perkembangan psikis.
Sudah saatnya kita melihat segala sesuatu secara lebih komprehensif. Misalnya mengenai masalah masturbasi. Tidak ada yang bisa menjelaskan kenapa tidak boleh masturbasi? Apakah masturbasi haram? Akademi tidak akan dibutuhkan bila kita mengharamkan sesuatu. Seharusnya kita mengadakan penelitian tentang efek masturbasi, ini akan jauh lebih baik.
Dalam 500 tahun, otak kita telah berkembang tapi belief system tidak pernah diubah misalnya mengenai seks. Seks adalah tabu. Saat ini kita sedang bingung tentang seks dan berbagai larangan tentangnya. Kadang kita setuju tentang sesuatu, tapi terbentur larangan atas nama agama.
Guruji memberi contoh mengenai parahnya situasi bila belief system tidak dirombak. Contohnya adalah saat Menteri Pemberdayaan Perempuan menjelaskan penelitian tentang egek sunat pada perempuan. Perempuan yang disunat tidak akan pernah mengalami orgasme. Perempuan seperti ini akan menjadi keras, kaku, kasar. Beberapa saat setelah Menteri Pemberdayaan Perempuan menjelaskan hal ini, langsung ada kelompok yang bereaksi keras dan menegaskan bahwa pernyataan tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama.
“Lihatlah, kita harus mulai merombak,” seru Guruji. Pelajaran yang harus diberikan dengan jelas adalah mengenai konsekuensi. Dalam hal seksual perlu dijelaskan bahwa energi seks ditahan maka akan menyebabkan kekerasan. Contohnya adalah orang ambisius yang umumnya merupakan orang yang kehidupan seksnya berantakan. Energi seks adalah energi yang sangat kreatif. Lihatlah anak, kloning alami yang tercipta berkat energi seks. “Mengapa kita menolak kloning yang ada secara alami?” kembali Guruji bertanya pada peserta.
Guruji memberi contoh masyarakat yang keras bila seksnya tertahan yaitu, Saudi Arabia, negeri timur tengah paling merana. Bila ingin melihat Islam sesungguhnya, lihatlah Jordania yang diperintah oleh keturunan Nabi. Tapi kita sendiri punya kearifan lokal seperti Candi Ceto dan Candi Sukuh dengan pendidikan seksnya.
Guruji mengingatkan bahwa wanitalah yang menyeimbangkan masyarakat dengan kromosom X-nya yang memberi kehidupan bagi tiap manusia. Kromosom X inilah sumber energi yang menyebabkan perempuan bisa tahan hidup sendiri, sedangkan laki-laki tidak mungkin bisa tahan. Kecenderungan lelaki untuk menyeleweng muncul karena dia tidak sempurna, dia berusaha mencari energi. Perlu dididik sejak kecil bahwa ada tempat dimana seorang lelaki bisa mencari kesempurnaan dan energi. Bahwa ada tahap mula-mula dimana ia mencarinya dari Ibu, kemudian dari kakak perempuannya, saudaranya, dan kemudian kelak istrinya.
Masturbasi memberikan kebahagiaan yang tak terjelaskan. Kenikmatan yang diperoleh tidak dapat terukur. Bila ini tidak dapat terungkapkan, apakah ini dosa? Hanya ada 2 hal yang tidak dapat dijelaskan yaitu kenikmatan seks dan Tuhan. Ini membuktikan bahwa pengalaman seks adalah pengalaman yang spiritual. Satu-satunya cara untuk mengalihkan orang dari seks adalah dengan memberikan ia pengalaman yang sebanding. Bila dapat dialihkan, energi kreatif ini akan bermanfaat.
Inilah sebabnya ada kamasutra, yang hanya 20% isinya yang berbicara tentang sanggama. Namun Guruji berkata ada kendala untuk melakukan transformasi seks menjadi sesuatu yang spiritual. Untuk memasukkan Kamasutra di perpustakaan nasional saja, perlu ada seminar untuk menentukan boleh tidaknya buku tersebut masuk. “Sangat tidak masuk akal!” komentar Guruji.
Kita perlu merombak belief system, perlu ada pemaknaan terhadap berbagai hal. Contohnya adalah Sholat yang seharusnya bisa menjadikan kita no-mind, membebaskan kita dari setan dalam diri. Tetapi kok Aa Gym yang rajin sholat masih saja poligami? Ini karena kita melakukan sholat secara masinis dan mekanis. Contoh lain adalah kehendak Nabi agar kita tidak pergi sebelum khotbah selesai. Hal ini harus dimaknai secara benar karena khotbah seusai sholat akan memudahkan programming pada otak, bila imamnya menyebarka kebencian, ini akan menimbulkan masalah baru.
Guruji juga mengingatkan bahwa “Tiap tetes sperma adalah kreativitas. Jangan diboroskan!”. Pemborosan harus diatasi dengan orgasme bersama yang saling mengisi energi. Idealnya wanita mengalami chain orgasme, yaitu dengan perbandingan orgasme laki-laki : wanita = 1:3 – 1:7.
Guruji mengakhiri sesi paparannya dengan ide menarik . Bila ada joke-joke yang “agak menyimpang”, ini akan membahagiakan dan bisa mencegah teroris untuk melempar bom.
Energi seks berkumpul 2 centi di bawah pusar. Bila ingin mengubah, harus diarahkan, bukan hanya ke bawah. Yoga dan meditasi mengubah cairan seks menjadi uap yang mengalir ke atas untuk otak.
Sebelum membuka sesi tanya jawab Ibu Tinuk menyatakan pendapatnyanya yang menyetujui paparan Guruji bahwa wanita adalah makhluk sempurna dan ketidaksetujuannya akan hak prerogratif lelaki dalam hal seksual. “Saya anti kekerasan, tapi tidak anti ketegangan”, yang disambut tawa para peserta.
Kesempatan berikutnya adalah kesempatan tanya jawab yang digunakan secara antusias oleh para peserta. Secara singkat akan dituliskan di bawah ini:
- Bapak menjelaskan bahwa Kamasutra tidak bisa dipisahkan dari yoga. Ada bagian dari yoga yaitu ayurvda yang menangani masalah kesehatan. Dalam Ayurveda dianjurkan sinar matahari pagi pada pukul 07.00-10.00 pada tulang punggung untuk membantu daya tahan tubuh, ini bagus bagi penderita AIDS walaupun tidak kuratif
- Salaman dengan merangkap tangan seperti Budaya Nusantara adalah cara efektif mencegah penyakit.
- Masalah agama tidak akan selesai tanpa dibicarakan. Tidak ada agama yang lengkap membahas segala sesuatu. Misalnya UU KDRT dengan Quran. ini perlu dijelaskan tentang konstektualitas dan universalitas. kita perlu mengutak-atik aspek2 yang konstektual. Bila tidak boleh atas nama agama, akan terjadi stress. Perlu dibongkar supaya objektif. Buku THE END OF FAITH adalah contoh buku yang membahas mengenai hal ini.
- Penanggulangan AIDS harusnya lebih terpadu dengan memperhatikan aspek emosional. Ada latihan-latihan tertentu untuk masalah stres. Dari 200 kasus potensi HIV, hanya 1 orang yang kena, ini diakibatkan dari segi emosional.
- Perlu ada pemaknaan kembali tentang kearifan lokal dalam berbagai buku karena ada aspek ilmiah yang perlu dijelaskan.
- Perlu ada pengaturan pendidikan seks pada anak kecil untuk membentuk generasi yang lebih baik.
Luar biasa!
Terima kasih atas segalanya Guruji!
Matur Nuwun – Laporan oleh Aiu Haryadi