Pukul 08.00, 2 Juli 2006, teman- teman AKC Joglosemar tampak berkeringat dengan muka berseri-seri. Pesta Rakyat – Terapi Ceria di kawasan UGM baru saja selesai. Tapi masih ada tugas menanti. It’s time for PPSTK by requests. Setelah mendapat pengarahan dari Mbak Wayan, Ibu Suri (astini) tercinta, teman-teman dibagi menjadi 2 tim yaitu tim NUSA dan tim BANGSA. Masing-masing akan bergerak ke 3 tempat. Anggota tim NUSA hari itu adalah :

Bagian orang tua : dr. Djoko, Teguh, Pranoto, Erwin Thomas, Yaya, Rina, Didit.
Bagian anak-anak : Leo, Devi, Eva, Tinuk, Fauzie, iu / haryadi, Arie, Tunggul & Lenny, Special Personnel : Mbak Cipta, sang wanita perkasa dari Kediri

RW IX Pengok

Dengan 3 mobil, tim Nusa meluncur ke tempat pertama, RW IX Pengok, Jogjakarta. Pak Heri selaku ketua RW IX menyambut dengan hangat. Dengan sigap, teman-teman menyiapkan terpal dan sound system. Pukuk 09.00, Torchbearer mulai menyanyikan lagu-lagu kebangsaan dan mengajak penduduk untuk mengikuti terapi. Pelan-pelan warga mulai terkumpul hingga mencapai jumlah 50 orang dewasa dan 50 anak-anak. Terapi untuk anak-anak berjalan dengan cukup lancar. Teman-teman mengerahkan kreativitas untuk memancing keberanian anak-anak serta menanamkan semangat kebangsaan lewat lagu-lagu. Ternyata tidak mudah untuk mengajak mereka berpartisipasi. Berkat totalitas teman-teman, akhirnya anak-anak ikut tertawa dengan ceria, menari dan bernyanyi bersama serta melakukan beberapa gerakan yoga sederhana. Semangat mereka luar biasa. Apa masih takut? “Tidak !!!” Jawab mereka serentak. Demikian juga dengan terapi untuk orang dewasa. Walaupun masih ragu-ragu dan kadang membuka mata saat melakukan nafas perut, tapi katarsis berlangsung sukses. Beberapa orang bahkan menangis. Totalitas mereka dalam melakukan katarsis patut diacungi jempol. Saat celebration, tarian ceria diperagakan mereka. Luar biasa! Pada kesempatan tanya jawab, ada hal yang menarik dan menyentuh hati teman-teman. Pak Bambang dan Pak Supriyadi menceritakan trauma yang masih mereka rasakan. Pak Bambang yang juga memiliki keluarga di Sidoarjo (dengan masalah lumpur panas), mengeluhkan sering merasa ada goncangan gempa. Pak Supriyadi mengeluhkan telinga kanannya sering mendengar suara gempa. Oleh Pak Djoko, semua disarankan untuk sering berlatih nafas perut dan latihan memukul bantal. Selain itu, disarankan untuk mengikuti Therfa tiap hari Jumat di UC UGM. Setelah memberikan pelayanan medis, sekitar pukul 11.00, tim NUSA berpamitan untuk melanjutkan perjalanan.

RW VI Kelurahan Semaki, Kecamatan Umbul Harjo, Jogjakarta

Setelah berpamitan dari lokasi pertama, tim NUSA memutuskan untuk makan siang dan evaluasi sejenak. Lalu berbekal semangat dan perut kenyang, tim NUSA berangkat ke lokasi kedua yang tidak jauh dari lokasi pertama.

Lokasi kedua ini lebih siap dibanding lokasi pertama dimana orang tua dan anak-anak telah dikumpulkan terlebih dahulu oleh ketua RW, Pak Sadiyo. Bahkan disiapkan sebuah speaker untuk terapi anak-anak. Terapi anak-anak berlangsung lebih meriah di tempat ini. Kurang lebih 30an anak mengikuti terapi ini. Kali ini, teman-teman sudah siap dan mendapat
respons yang luar biasa. Anak-anak mengikuti dengan ceria dan bersemangat. Acungan tangan saat diminta bernyanyi, melakukan yoga, tertawa dan meneriakkan yel-yel, muncul dari hampir tiap anak. Senang nggak? “Senang!!!” jawab mereka dengan kompak. Demikian pula dengan terapi dewasa. Dengan jumlah sekitar 30 orang dewasa, terapi berlangsung sukses. Walau ada yang masih membuka mata saat pernafasan perut, namun mereka tidak ragu saat catharsis dan celebration. Saat diminta memberi tanggapan, Pak Sadiyo mengucapkan terima kasih dan berharap ada lain kali mengingat ini luar biasa dan gratis. Hahaha… Teman-teman merasa sangat berterima kasih karena sebelum meninggalkan tempat, disuguhi dengan makanan dan minuman kecil. “Wah, lumayan buat menambah energi!” celetuk teman-teman. Akhirnya sekitar pukul 14.30, tim NUSA meluncur ke tempat ketiga.

Pundong V, Kelurahan Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Sleman

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh dan sempat kebingungan (Mas Pranoto lupa berbelok 2 kali!! Tapi malah ketawa-tawa! ! Hahaha), tim NUSA sampai di lokasi ketiga. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, teman-teman segera menyiapkan peralatan untuk terapi bagi orang dewasa dan anak-anak. Terapi di tempat ini dimulai pada pukul 15.00. Sayangnya karena listrik padam, pengumuman PPSTK kurang diketahui warga. Jumlah warga yang terkumpul hanya 20an orang dan 37 anak-anak. Tapi itu tidak mematahkan semangat teman-teman untuk memberi pelayanan.

Semangat tim NUSA kembali bangkit saat terapi anak-anak. Keceriaan dan semangat mereka memancing teman-teman untuk terus bertahan. Apalagi saat bernyanyi bersama dan meneriakkan yel-yel INDONESIA… JAYA!!!

Orang-orang dewasa juga tidak ragu untuk berteriak dan menangis saat katarsis. Sayang, tidak semua warga mau ikut serta. Ada salah satu yang memilih keluar saat terapi.

Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 17.30, setelah melakukan evaluasi sejenak dan berpamitan, tim NUSA memutuskn untuk kembali ke habitat masing-masing.

Pengalaman hari itu sangat luar biasa, masih terbayang keceriaan anak-anak, tangis haru dan kegembiraan orang-orang dewasa, yel-yel “Jogja Bangkit!”,”Sleman Bangkit!!, dan “Indonesia Jaya!!” Bahagia rasanya melihat kebahagiaan mereka yang tulus. Tidak lupa terima kasih kepada MBAK CIPTA, wow!!, semangat dan tenaganya luar biasa. Ikut lagi ya, Mbak!

Tidak salah saat saya berbincang dengan Mas Leo, kami membayangkan iklan Extra Joss ala PPSTK. Coba bayangkan Pak Djoko menari sambil diiringi tawa hoho-haha (sebagai pengganti Christiano Ronaldo dengan tarian Kecak)

“PPSTK , the secret I found in Jogja”
“I never felt so energetic like this before”
“Be an Indonesian!! !

Matur nuwun Guruji

Atas kesempatan dan limpahan energi-Mu

Laporan oleh Aiu Haryadi