Pada tanggal 21-23 Januari 07 secara kebetulan kami berempat diajak oleh Bapak Anand Krishna untuk menghadiri sebuah perhelatan acara dunia. Acara tersebut bernama Global Forum dengan Tema Utama Global Peace yang diadakan oleh UNESCO dan Kementrian Informasi dan Komunikasi Indonesia dan dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla. dihadiri tak kurang dari 200-an orang delegasi dari 35 negara di dunia dilaksanakan di Hotel berbintang Ritz Carlton Bali. Acara yang dimulai dari jam 09.00-17.00 tersebut dihadiri oleh duta besar Palestina, Pakistan, Tunisia,Dr Karan Singh (perwakilan parlemen India) para aktivis perdamaian dr Cango Thailand, US, UK, Denmark. Acara dibagi dalam beberapa sesi dengan para narasumber yang berkompeten dan memiliki banyak pengalaman untuk memaparkan materinya selama kurang lebih 5 menit. Para narasumber dapat memaparkan melalui media VCD maupun wacana. Tak ketinggalan sesi diskusi yang sungguh aktif dan benar-benar mencari solusi yang terbaik bagi permasalahan dunia saat ini.
Pada hari pertama setiap narasumber memaparkan masalah yang terjadi disetiap negaranya. Issue-issue apa saja yang berkembang dan segala potensi yang menyebabkan perdamaian tidak terjadi. Secara mendadak Bapak Anand Krishna diberikan kesempatan oleh Dr Abdul Waheed Khan dari markas besar UNESCO untuk menjadi salah satu narasumber bersama dengan Prof Dr. Azyumardi Rektor Univ Islam Syarif Hidayatullah.
Dalam paparannya Bapak Anand Krishna secara singkat memberitahukan mengenai segala potensi yang dapat menyebabkan konflik. Saat ini kondisi di Indonesia sangat mengkhawatirkan karena dalam satu keluarga perpecahan itu dapat terjadi. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang wartawan di Bali saat mewawancarai Bapak Anand Krishna 2 tahun yang lalu mengatakan bahwa ketika anaknya yang baru duduk di taman kanak-kanak pulang dari sekolahnya tiba-tiba dia mengatakan tidak mau makan makanan yang disajikan oleh ibunya karena menurut guru agamanya orang yang berlainan agama dengannya adalah ‘kafir’ dan kebetulan ibunya beragama lain dengannya. Inilah potensi konflik dan perpecahan yang telah terjadi dan ditanamkan sejak dini. Menurut beliau sebaiknya pendidikan agama diserahkan kepada pendidikan informal atau keluarga. Sedangkan disekolah pendidikan budhi pekerti lebih penting. Selain itu Beliau juga berbicara tentang non-violence di Palestina, Beliau meminta agar kekerasan dihentikan dan tidak larut dalam kekerasan.
Kemudian tema utama pada hari kedua pertemuan kali ini membahas bagaimana menciptakan perdamaian di dunia melalui peran aktif media. Seperti kita ketahui bersama bahwa peran serta media dalam membangun perdamaian dunia sangat penting hal ini dikatakan oleh para pembicara dari berbagai negara. Dan menjadi issue yang dibahas selama 3 hari berturut-turut untuk mencari solusi yang terbaik yang dapat kita lakukan bersama. Setiap peserta dalam forum tersebut memaparkan pengalaman mereka masing-masing dalam menciptakan perdamaian di negaranya dan apa harapan mereka selama kurang lebih 5 menit sehingga dapat menjadi inspirasi selama diskusi. Sungguh luar biasa dapat menghadiri acara tersebut untuk menambah wawasan dan pengalaman serta menjalin networking lebih luas. Inilah Global Networking yang sesungguhnya dimana setiap delegasi memiliki tujuan yang sama dan saling memberikan masukan dalam melaksanakan diskusi.
Sesungguhnya media berperan dalam memberitakan berita yang bersifat negatif maupun bersifat positif bukan itu saja tetapi juga berperan memberikan masukan bagaimana masyarakat menghandle kejadian-kejadian dalam masyarakat tersebut. Media juga berfungsi mendidik dan meredam setiap kejadian yang berpotensi memecah-belah masyarakat. Seperti yang terjadi di Rwanda terhadap suku Brundi dan suku Tulsi, tidak ada yang dapat menyangkal bahwa media berperan sangat besar hingga terjadinya konflik yang menelan ratusan ribu nyawa manusia. Demikian yang dipaparkan oleh salah seorang narasumber yang bernama Leena. Menanggapi pertanyaan peserta dari flor yaitu Bambang harimurti yang mengatakan bahwa media sebenarnya hanyalah cermin dari sebuah kejadian di masyarakat. Sebaiknya jangan menyalahkan media saja dalam memberitakan kebenaran atau tidak. Kadang-kadang masyarakat hanya melihat dari sebelah sisi saja. Seperti tragedi yang terjadi di Lombok mengenai kekerasan yang dialami oleh Ahmadiyah. Ternyata tidak dilakukan antisipasi mengenai keadaan ini. Lena mengatakan bahwa media bukan saja cermin dari apa yang terjadi dimasyarakat. Tetapi lebih dari itu media tentu memiliki jiwa yang dapat diberikan dalam memberitakan konflik-konflik yang terjadi. Kita tidak bisa menyangkal apa yang kamu pilih apa yang kamu refleksikan karena kita semua bukan robot tetapi manusia yang dapat memberitakan kebenaran.
Media berperan dalam mempromosikan dan menyuarakan kedamaian bukan sekedar berorientasi pada urusan rating sebuah acara. Perusahaan yang bertanggung jawab terhadap rating tidak memberikan pendidikan kepada masyarakatnya untuk lebih cerdas dalam menerima suatu berita atau materi yang dibutuhkan. Sehingga semua orang terjebak dalam urusan rating. Dalam 5 tahun mendatang tentu hal ini akan mengalami titik jenuh dan masyarakat akan semakin cerdas dan menuntut berita-berita yang bukan sekedar hiburan tetapi dibutuhkan dalam menghadapi era Globalisasi. Ini akan membuat chanel-chanel televisi seperti Astro atau chanel-chanel lainnya akan menjadi pilihan masyarakat. Karena berisi berita-berita yang bisa dipilih sendiri oleh masyarakat.
Salah seorang peserta dari Irak mengatakan dari beberapa daerah di dunia media dijadikan alat untuk perang. Inilah yang terjadi di Irak. Sesungguhnya perdamaian yang diusahakan di Irak merupakan urusan seluruh rakyat Irak. Tak ada yang bisa melakukannya kecuali rakyat Irak sendiri. Dengan adanya bantuan-bantuan yang mencoba mengurusi Irak maka akan memperkeruh bukan sebaliknya menjernihkan. Semua campur tangan berusaha untuk mengeruk keuntungan dari keadaan di Irak. Untuk itu perlu menggandeng conglomerat-conglomerat media dalam gerakan kesadaran. Inilah yang di suarakan oleh salah seorang peserta yang bukan lain adalah istri dari Duta besar Irak.
Dalam tiga hari tersebut dengan terinspirasi oleh materi-materi dan pendapat dari narasumber dari berbagai negara tersebut, maka Bapak Anand Krishna yang didukung oleh teman-teman yang hadir saat itu membuat sebuah alternative media yang berupa website yang akan memuat berita-berita, cerita dan opini-opini yang bersifat membangun yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini diumumkkan oleh icha dengan lantang dan disambut tepuk tangan serta ucapan selamat dari setiap orang yang hadir dalam acara tersebut. Saat itu bahkan Bapak Arief Rahman berkomentar bahwa ini adalah sebuah tindakan yang konkret yang dapat langsung menjadi sample bagi seluruh peserta untuk melakukannya.
Dalam berbagai kesempatan tak henti-hentinya Bapak Anand Krishna menyuarakan suatu pemikiran yang mewarnai pertemuan ini. Spiritual Nationalism adalah salah satunya. Karena ini adalah dasar dari segala-galanya. Kedamaian adalah sangat spiritual. Spirit tidak dapat didasari oleh apapun juga. Seperti yang selalu dikatakan oleh Nabi Muhamad dalam salah satu ayat di Albaqarah bahwa “Sholat” adalah salah satu cara untuk mengalami “khusukin” dan setiap bertemu dengan siapa saja wajib mengucapkan salam “Asalamualaikum” sehingga sebelum melakukan apapun orang akan menjadi damai dengan sendirinya. Bahkan Nabi mengatakan kita semua adalah saudara tidak ada perbedaan antara satu dengan lainnya. Pemahaman ini yang sekarang sering dilupakan orang dan menjadi mekanis dalam mengucapkannya. Banyak orang memiliki masalah untuk mendefinisikan spiritual. Spiritual adalah bahan dasar dari perdamaian.
Menurut Beliau peran serta visi dan misi owner media dalam setiap pemberitaan sangatlah besar. Kebanyakan ownerlah yang memiliki kuasa mengenai berita apa yang akan disajikan oleh media tersebut. Para radikal di Indonesia beberapa tahun yang lalu tidak memiliki suara dalam pemilu. Kurang lebih sekitar 10% tetapi kini hal ini meningkat menjadi 60 % dan semua ini hasil dari pemberitaan yang gencar oleh media-media di Indonesia. Hal ini juga ditanggapi senada oleh salah seorang dari Astro sebuah perusahaan chanel televisi swasta bahwa kebanyakan dari owner atau pemilik media memikirkan rating atau jumlah oplah yang laku terjual. Hal ini tidak baik bagi masyarakat. Dan lucunya lagi menurut beliau para pemilik media tidak satupun yang hadir dalam pertemuan ini. Padahal mereka memiliki peran yang sangat besar dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Dihadiri pula oleh artis terkenal Bollywood yaitu Shabana Azmi yang memberikan pernyataan bahwa peran film-filmpun sangat penting dalam membangun perdamaian ini. Bagaimana perdamaian terbangun oleh budaya yang mudah dimengerti oleh masyarakat setempat dan terjadi saling mengapresiasi terhadap budaya-budaya yang berbeda. Banyak orang dibelahan dunia ini tidak memiliki akses televisi. Faktanya mereka hanya memiliki radio. Kembali Bapak Anand Krishna mengusulkan agar terbentuk suatu kerjasama antara para peserta yang hadir disini dengan beberapa nama yang langsung beliau usulkan diantaranya Global Peace Networking, atau Global Peace Colaboration, atau Global Peace Initiative. Usulan tersebut langsung dicatat secara live oleh UNESCO.
Acara diakhiri dengan pembacaan kesepahaman yang berjudul The Spirit of Bali. The spirit of Bali berisikan kesepakatan dalam forum ini tentang perdamaian dunia. Dalam akhir abad ini terlalu banyak perang, dan increasing domestik ethnik serta religius ketegangan selebihnya kita telah menyadari bersama akan adanya konflik antara internal maupun negara. Ini berhubungan langsung dengan kemiskinan, keputusasaan, dan perdamaian itu tidak dapat dibangun tanpa mengangkat isue ini. Jika perbedaan pemahaman tentang kedamaian dapat dibangun dalam pikiran setiap orang baik perempuan atau laki-laki. Dengan diiringi lagu “We are the world” acara ditutup dengan foto bersama dengan mengenakan sarong dan udeng Bali. Suasana yang sangat romantis untuk dibawa pulang ke negara masing-masing dengan segala semangat perdamaian dari Bali
Sharing oleh Chica