Tertawa untuk Kebangkitan Indonesia

Para pemimpin stress mengelola negara, rakyat juga stress dengan beban hidup yang makin berat. Kita butuh tertawa untuk mendinginkan suasana.

Semakin dewasa, sesungguhnya kita semakin butuh tertawa. Ironisnya, menurut pakar tertawa ( gelotologist ) dari Universitas Berlin, Professor Gunther Sickl, orang dewasa makin lama makin sedikit tertawa. Secara umum, anak-anak kecil tertawa 400 kali dalam sehari, sementara orang dewasa hanya 15 kali.

Cara hidup yang tak seimbang, ditambah dengan norma-norma tradisional yang menghalangi orang dewasa untuk tertawa lepas, memperparah keadaan ini. Padahal, seandainya orang-orang militan dari berbagai agama dan budaya sering tertawa, mungkin mereka akan melepaskan senjata dan saling berpelukan.

Ada banyak penelitian ilmiah yang membuktikan manfaat tertawa. Tim periset dari University of Maryland Medical Center di Baltimore menunjukkan bahwa orang-orang berpenyakit jantung umumnya kurang tertawa dan kurang suka humor dibandingkan mereka yang jantungnya sehat.

Sekitar 80 otot digunakan ketika kita tertawa secara sempurna. Getaran yang dihasilkan membuat jantung berdegup cepat, tekanan darah naik dan tingkat oksigen dalam darah meningkat bersamaan dengan akselerasi pernafasan. Yang terpenting, “obat penenang alami” yang disebut sebagai endorphin akan diproduksi oleh otak – yang akan menghasilkan rasa nyaman. Setelah selesai tertawa, tekanan darah akan kembali normal secara otomatis, hormon stress akan berkurang dan kekebalan tubuhpun meningkat.

Bahkan, tertawa dengan cara “dipaksa” tetap akan membawa kebaikan bagi kesehatan. Di luar negeri, saat ini, sudah semakin menjamur apa yang disebut sebagai “laughter club” atau Klub Tertawa. Di Kanada dan Amerika Serikat saja, sedikitnya terdapat 300-an Klub Tertawa.

Di Indonesia, padepokan spiritual lintas-agama Anand Ashram yang didirikan Anand Krishna, sejak awal tahun 1990-an telah memperkenalkan “Laughing Meditation” atau Meditasi Tertawa (yang dilakukan selama 20 higga 45 menit non-stop) bagi peserta meditasi di lingkungannya. Melalui sayap kegiatannya, Forum Kebangkitan Jiwa (FKJ, forum yang peduli pada masalah-masalah kebangsaan) dan kelompok muda-mudi lintas-agama The Torchbearers , Anand Ashram hendak memperkenalkan Meditasi Tertawa pada masyarakat, sekaligus mengajak mereka tertawa bersama.

Lebih dari sekedar himbauan untuk menjadi sehat, ajakan tertawa ini adalah “gerakan budaya” yang dilakukan agar rakyat Indonesia tak menunjukkan wajah dan sikap serius secara berlebihan. Disebut “gerakan budaya”, sebab tertawa dapat dilakukan oleh siapapun tanpa memandang latar belakang usia, pendidikan dan budaya, serta dilakukan secara bersama-sama. Tertawa memang sebuah bahasa universal yang dapat dimengerti semua manusia – bahkan semua mahluk. Tak butuh konsep-konsep rumit untuk menjelaskan maknanya. Universalitas inilah yang dapat mempersatukan Indonesia.

Ada banyak tantangan ke depan yang harus dilewati bangsa kita agar bangkit dari krisis multi-dimensi yang masih terjadi. Ditambah dengan bencana alam di Aceh dan Papua, jelas butuh energi luar biasa besar untuk membangkitkan Indonesia. Energi yang seharusnya tak disia-siakan dengan sikap hidup yang salah. Tertawa bersama adalah salah satu solusinya. Berkenaan dengan itu, kami mengundang Anda menghadiri kegiatan â€œTertawa Bersama bagi Kebangkitan Indonesia” yang akan diselenggarakan setiap 2 minggu sekali (dimulai pada Minggu, 6 Maret 2005), bertempat di Sisi Luar Stadion Gelora Bung Karno, Senayan pada pukul 07.00 hingga 08.00 pagi.

Terima kasih atas perhatian Anda. Salam Indonesia!

Atas nama Forum Kebangitan Jiwa dan The Torchbearers

Muhammad Djumat Abrory Djabar

  • M. Yudanegara
  • Maya Safira Muchtar
  • Wandy N. Tuturoong
  • Nino Graciano
  • Slamet Harsono
  • Norma Harsono
  • Farah Diba
  • Yayan Sunarya