Dear Yts. All Warriors,

Salam Indonesia!

“Kami besok akan ada pertemuan di Solo dan minggu lalupun sudah menfasilitasi terapi ceria bagi 500-an anak dari pelbagai kecamatan se-DIY di Taman Pintar “, begitulah jawab Ibu Wayan Suriastini saat GKR Hemas menawari PPST-K beserta personel National Integration Movement, The Torch Bearers dan Anand Krishna Center Joglosemar untuk turut hadir dan menyemarakkan Perayaan Hari Anak Nasional di Pendopo Rumah Dinas Bupati Bantul pada Minggu, 23 Juli 2006.

Bahkan Permaisuri Kraton Ngayogyakarta tersebut menelpon langsung Hp-nya Ibu Ida Idham Samawi, istri Bupati Bantul, agar diberi ruang dan waktu tak lebih dari 20 menit saja bagi kita untuk menyanyikan beberapa lagu bernafaskan kebangsaan dan khebhinnekaan.

Hal ini terjadi saat beberapa perwakilan NIM mendapat kesempatan dari Keberadaan untuk beraudiensi dengan GKR Hemas dan beberapa kawan dari Komunitas Budaya MERTI di Kantor Kepatihan Jl. Malioboro Yogyakarta pada Jumat siang, 21 Juli 2006, pukul 14.00-16.00 WIB.

Kebetulan pada hari Minggu ini, PPST-K tidak akan berkeliling ke desa-desa memfasilitasi program pemulihan stres dan trauma karena minggu ini akan ada rapat di Solo untuk persiapan rapat di Lomba Pidato, Lukis dan Menulis bagi anak-anak dan remaja yang menjadi Korban Gempa di Jateng-DIY.

Akhirnya pada jumat malam, 21 Juli 2006 diputuskan untuk menyanggupi kesempatan yang disediakan oleh Keberadaan lewat GKR Hemas tersebut.

Minggu Pagi, pukul 7.00 WIB, Ibu Wayan Suriatini menyampaikan briefing singkat di University Center UGM kepada personel PPST-K yang telah hadir dari pelbagai penjuru kota di Jateng-DIY, ada dr. Djoko dari Pati, Didit “Cheng Ho” Palgunadi, Yustinus Erwin, Yulia, Tunggul (Semarang) kemudian ada juga dr. Kikiq, Marhaeni Eva, Maharani (Noni), Didi, Debi, Naning, Devi, Yaya, Tuti (Jogja). Kemudian Mbak Tuti, Widhi dan Yeni menyusul dengan mengendarai sepeda motor, wow srikandi-srikandi hebat…salute atas spiritnya.

Dua buah papan berukuran 80 x 200 cm yang berlogo “ngejreng” PPST-K dan NIM untuk menempelkan teks lagu yang akan dinyanyikan juga telah disiapkan pula oleh Ki Semar. Tujuannya supaya anak-anak yang hadir bisa membaca dan turut menyanyi dan hafal syair lagu-lagu tersebut tsb.

Singkat cerita, pada pukul 8.00 WIB rombongan PPST-K Joglosemar sampai di Rumah Dinas Bupati Bantul, Idham Samawi. Para panitia sibuk meregistrasi anak-anak yang berbaris hendak memasuki pendopo Rumah Dinas tersebut.
Yang menarik perhatian kita adalah spanduk-spanduk yang di pasang di sekeliling komplek, percaya nggak percaya, tertulis : “Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia!.”

Bukankah itu sesuai dengan Pancasila, VISI kita-NIM, butir ke- 3 : NASIONALITAS dan yang membahagiakan api “pride”, rasa bangga menjadi orang Indonesia tersebut sudah mulai disulut sejak dini pada sekitar 1.500-an anak-anak yang hadir pada hari tersebut. Kisah tentang eksperimen monyet-monyet “Koshima” telah terbukti kebenarannya. Alhamdulilah!

Panitia pelaksana perhelatan ini adalah Departemen Agama Pemkab Bantul bekerjasama dengan GPI (Gerakan Pemuda Islam) dan IDI (Ikatan Dokter Indonesia), itulah sebabnya kenapa GKR Hemas langsung bersikeras mengajak NIM untuk menyuarakan tekad persatuan lewat tembang bernuansa kebangsaan. Karena kecenderungan saat ini, khususnya di Bantul, dan tak menutup kemungkinan di Indonesia, semangat kebangsaan tersebut mulai luntur dan coba digantikan dengan ego sempit, fanatis dari kelompok politis tertentu yang menggunakan dalih “suci-sumuci” agama dan moralitas.

Jika kita tanggap dan peka, hal ini bisa dibaca dari yel-yel yang dibawakan oleh Master of Ceremony, misalnya :
Anak Bantul…sehat! ini masih ok,
Anak Bantul…Bercita- cita tinggi…juga masih sepakat,
Anak Bantul….Berakhlak Mulia….nah ini perlu dipertanyakan, siapa yang mengukur akhlak anak-anak yang masih polos dan lugu tersebut.

Lepas dari hal semacam itu, aneka lagu dan tari yang dibawakan oleh para anak-anak tersebut amat menarik hati.

Ada seorang anak bernama Wisnu Wardhana yang menyanyikan lagu “Ayah” dengan penuh perasaan, eh… ternyata ayahnya meninggal dunia akibat gempa yang menggoyang Jateng-DIY 27 Mei 2006 lalu. Turut berbela sungkawa sobat kecilku semoga kau tetap tabah dan segera bangkit menghadapi kenyataan hidup tersebut.

Lain ceritanya dengan Icha, bocah perempuan ini kehilangan Ibunya, yang juga menjadi korban tewas akibat tertimpa reruntuhan. Ia mempersembahkan lagu “Bunda” untuk mendiang Ibu tercinta.

Kelompok “Biruna” dari Gamping menarikan Cublak-Cublak Suweng, 6 orang bocah perempuan mengenakan kostum aneka warna hijau, merah, kuning berputar-putar mengikuti irama riang lagu Cublak-Cublak Suweng. Dalam bahasa Jawa “Cublak-Cublak” berarti diketuk-ketuk, dan “Suweng” berarti : anting-anting. Pesan yang hendak disampaikan oleh lagu ini adalah supaya anak termasuk kita juga tak perlu merasa minder dan malu dalam pergaulan sehari-hari, berani tampil apa-adanya.

Ha..ha…saya juga baru tahu artinya padahal sudah sering menyanyikannya. ..”Ada dua hal yang tak terbatas, alam semesta dan kebodohan manusia” (Albert Einstein) , salah satunya si nunung f ini 🙂

Akhirnya sekitar pukul 10.00 WIB, tiba saatnya rombongan PPST-K : National Integration Movement, The Torch Bearers, Anand Krishna Center Joglosemar untuk menyanyikan 4 lagu sekaligus : “Bangkit Jogjakarta 2x Bangkit Jogjakarta Bangkit tuk kita semua…Marilah berkarya demi kebangkitan demi kejayaan Jogjakarata”

Kemudian dilanjut dengan “Cublak-Cublak Suweng ” yang telah diganti syairnya dengan “Damai Indonesia… .Damailah Indonesia… .Bersatu Indonesia… .Aneka Suku Bangsa….Budaya serta agama….Yuk bergandengan tangan yuk…bersatu semua!!! ”

Ada juga tembang rancak bana “Caca Marica”, yang telah digubah secara kreatif oleh teman-teman Jakarta menjadi “Mana di mana hati Indonesia? Hati Indonesia ada di kita semua! Mana di mana Jiwa Indonesia? Jiwa Indonesia ada di Pancasila (Ini dinyanyikan sambil menunjuk Simbol Garuda Pancasila yang ada di atas panggung) Indonesia Jaya…Indonesia Jaya…Indonesia Negri kita semua…”

Dan terakhir ditutup dengan “Aku Bangga jadi “orang” Indonesia yang secara cerdas telah diganti oleh Debby sesuai tema acara Hari Anak Nasional tersebut “Aku Bangga Jadi Anak Indonesia”.. .

Kau Muslim Indonesia…
Kau Katholik Indonesia… .
Kau Kristen Indonesia… .
Kau Buddhis Indonesia…
Kau Hindu Indonesia… .
Kau Kong Hu Chu Indonesia…
(seluruh anak-anak yang hadir serempak menyahut INDONESIA!!! !)
Kita semua bersaudara.. .kita semua bersaudara.. .Kita semua bersaudara”

Anak-anak yang memadati pendopo Rumah dinas Bupati Bantul tersebut berdiri, menari melonjak-lonjak ala “joshua” dan turut menyanyikan lagu-lagu bernafas kebangsaan dan menyerukan semangat persatuan di antara sesama putra-putri Ibu Pertiwi tersebut.

Kata Koh Tunggul yang mengamati gesture para pejabat dan bupati yang hadir, “Pertama mereka manggut-manggut kepalanya, kemudian bibirnya bergerak-gerak membaca teks lagu, lantas mulai bertepuk tangan…tapi masih pelan dan sedikit malu….lalu. ..lalu yah…heboh deh 🙂 Sungguh mengharukan sekaligus berkobar suasana minggu siang tersebut. Apakah semua ini hanya mimpi :-).

Apalagi saat Sri Sultan Hamengku Buwono, pewarih Tahta Mataram beserta GKR Hemas sudi bangkit dari tempat duduknya dan turut bernyanyi di atas panggung bersama para vokalis Torch Bearers, suasana kian memanas sekaligus semarak. “Ulangi dari awal lagu : Aku bangga jadi anak Indonesia -nya” kata Ratu kepada Debby, “Kita nyanyi sama-sama dari awal”, puluhan wartawan membidikkan kamera untuk mengabadikan peristiwa langka dan bersejarah ini.

Dia atas segalanya, semua ini bisa terjadi semata atas berkah Keberadaan.

Semua tampaknya terjadi serba kebetulan, mendadak kita diundang audiensi oleh GKR Hemas, mendadak kita diajak mengisi di Acara Akbar Hari Anak Nasional yang diadakan oleh Departemen Agama, mendadak saat mike para vokalis dan pemain musik The Torch Bearers “mati”, Sri Sultan dan GKR sudi rawuh, memberi support dan menyanyikan lagu “Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia” bersama ratusan bahkan mungkin seribuan lebih anak-anak korban gempa di Bantul dan sekitarnya.

Seperti yang dikatakan Maya Safira Muchtar, Ketua National Integration Movement, tak ada yang kebetulan semua pasti ada tujuan dan sebabnya. Dan itu yang jelaa bukan karena aku….bukan aku…bukan aku tapi KAU…KAU… KAU…Motherland , Ibu Pertiwi, GURUJI Anand Krishna.

Indonesia Pasti Jaya!
nunung fulusudin, The Torch Bearers Jogja.