Mengikuti perkembangan berita yang saya baca di beberapa media yang berkembang saat ini tentang Bapak Anand Krishna. Bapak Anand Krishna telah dilaporkan oleh dua orang yang konon mengaku sebagai mantan murid telah melakukan perbuatan pelecehan seksual.
Mengingat ketokohan beliau – isu seperti ini tentu menjadi hal yang menarik untuk dipublikasikan oleh beragam media baik cetak maupun elektronik . Apakah benar apa yang dilaporkan kedua “mantan murid” Bapak Anand Krishna kepada pihak polisi, saya berpendapat biarkan proses hukum yang berjalan dengan baik tanpa adanya tekanan dari pihak manapun. Semuanya harus bisa dibuktikan oleh pihak pelapor. Menyimak adanya isu yang berkembang bahwa pelapor telah mengalami brain wash atau proses cuci otak. Dan bahkan akhir-akkhir ini apa yang dilakukan oleh Lembaga Anand Ashram pun tak luput disoroti media dan disebut-sebut sebagai sebuah lembaga yang menyebarkan ajaran sesat. Menanggapi semua pemberitaan yang ada, saya terdorong untuk menuliskan beberapa hal berdasarkan pengalaman pribadi saya yang berkenalan dengan Bapak Anand Krishna serta lembaga Anand Ashram. Izinkan saya memperkenalkan diri – Nama lengkap saya Yuan Novadhya Yudistira, kelahiran 28 November 1975. Beragama Islam. Pendidikan terakhir S2 dan saat ini bekerja sebagai IT Manager sebuah perusahaan media di Jakarta. Saat ini telah menikah dan dikaruniai dua orang anak. Bagaimana Saya Mengenal Anand Krishna dan Anand Ashram Mungkin akan saya mulai dengan menceritakan kilas balik saya pertama kali mengenal Bapak Anand Krishna dan lembaga Anand Ashram. Sekira tahun 1998 – ketika itu saya kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) tingkat akhir. Seperti kebanyakan mahasiswa yang lain, saya pernah aktif di beberapa organisasi – terutama organisasi rohani Islam dan juga musala kampus. Rasa pengetahuan tentang Islam – dan mungkin dilatar belakangi – dasar pemahaman saya yang masih sangat dangkal, proses pencarian jati diri saya membawa saya terlibat dalam sebuah organisasi gerakan islam yang cukup ekstrim dan bergerak di bawah tanah. Kurang lebih dua tahun saya aktif di sana dan bahkan saya pernah menjadi salah satu “perangkat pemerintahan” pada level setingkat desa. Walaupun saya tidak menyebutkan gerakan apa yang saya ikuti, pembaca tentu bisa menerka kira-kira apa. Pada saat itu, semangat jiwa muda saya yang mendorong dan bergerak 100 persen. All out. Gerakan yang saya ikuti ini memberikan semacam doktrin yang cukup ekstrim, dimana jangankan orang yang beragama di luar Islam, bahkan orang Islam yang belum masuk kedalam gerakan ini – dalam istilah mereka “melakukan hijrah” adalah termasuk orang kafir dan layak untuk diperangi! Begitu terlenanya saya dengan ajaran yang saya terima telah mendorong saya untuk mencurahkan seluruh perhatian, dana dan waktu saya pada kegiatan gerakan tersebut. Bahkan pihak keluarga saya merasa “telah kehilangan saya”. Kerasnya aktivitas di sana dan karena konsentrasi pada pencurahan dana dan sumberdaya manusia yang sangat tinggi, mengantarkan saya pada sebuah titik kulminasi. Sebuah titik dimana saya merasa hati dan jiwa saya kering. Saya merasa apa yang sudah saya korbankan tidak membawa saya kemana mana, jiwa masih saya kering, hidup saya tidak tenang dan yang pasti hubungan saya dengan keluarga dan orang tua menjadi berantakan. Apa yang saya rasakan saat itu sesungguhnya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Saya mengalami goncangan yang cukup dahsyat. Di satu sisi saya sudah didoktrin tentang sebuah ideologi, di sisi lain – saya merasa telah pada satu titik jenuh dan merasa tidak mendapatkan apa yang saya cari. Dalam situasi dan kondisi tersebutlah saya berkenalan dengan Bapak Anand Krishna melalui sebuah buku yang beliau tulis. Tertarik dengan apa yang saya baca, akhirnya saya memutuskan untuk datang pada sebuah acara open house yang diselenggarakan di sunter. Pengalaman yang Benar-Benar Baru Mengenal Meditasi Dalam acara open house yang pertama kali saya ikuti, saya mendapatkan sebuah pengalaman baru. Dalam acara tersebut yang dihadiri oleh puluhan orang, itulah pertama kali saya melihat Bapak Anand Krishna secara langsung. Dalam kesempatan itu, Beliau mengajarkan sebuah teknik yang kala itu terasa aneh, tapi setelah selesai acara efeknya langsung terasa. Seakan beban berat yang sedang saya pikul hilang begitu saja. Setelah itu, bisa saya katakan bahwa saya telah mengikuti semua program yang ada di Anand Ashram. Dan saya mengikuti semua kegiatan Anand Ashram yang bisa saya ikuti. Salah satu program yang menurut saya menarik dan sangat berkesan adalah sebuah program yang diberi nama Atisha. Diikuti oleh sekira 20-an orang. Dan hanya bisa diikuti oleh orang-orang yang telah mengikuti seluruh program. Di sana kami diajarkan banyak hal. Intinya adalah untuk lebih mengapresiasi berbagai agama yang ada. Bahwa tuhan ada di mana mana. Saya beberapa kali mencatat dan mengaris bawahi ceramah Bapak Anand Krishna tentang agama. Di antaranya adalah sebagai berikut: Kalau saya tidak salah, dua tahun kurang lebih saya “berguru” di Anand Ashram. Dan dari dua tahun tersebut tidak pernah sekalipun saya mendengar atau diajarkan tentang sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan saya yaitu sebagai muslim. Yang ada adalah saya menjadi seorang yang baru dalam hal memandang agama dan keyakinan orang lain. Apresiasi saya terhadap beragam keyakinan membuat saya merasa lebih damai. Bisa dikatakan saya sudah “jinak”. Jika saya amati kebanyakan dari kita terlanjur masuk dalam kotak-kotak kecil. Dan hal ini tentu bukan tanpa alasan. Semuanya bermuara pada kekuasaan. Dalam kotak kotak kecil rakyat dengan mudah dapat diadu domba dengan dalih Agam. Apa yang diajarkan oleh Bapak Anand Krishna di Anand Ashram adalah solusi yang dibutuhkan oleh Indonesia Raya! Rakyat Indonesia yang sudah terlanjur masuk dalam kotak kotak kecil harus memahami ada kemungkinan kebenaran di luar kotak mereka. Apresiasi! Dan ini sejalan dengan semboyan Negara kita yaitu Bhineka Tungggal Ika. Jika anda pernah melihat kasus tentang bom bunuh diri dll, percayalah ketika saya aktif dalam gerakan Islam yang saya ceritakan sebelumnya – jika saat itu saya diperintahkan untuk melakukan hal tersebut – tentu dengan doktrin yang saya terima sudah tentu saya akan melakukan perintah tersebut tanpa perlu berfikir dua kali. Tapi perkenalan saya dengan Bapak Anand Krishna dan Anand Ashram telah merngbah hidup saya. Pertanyaan yang mungkin saat ini muncul di benak para pembaca tulisan ini adalah: 1. Apakah agama dan keyakinan saya sekarang? Jawab: Alhamdulilah, Saya masih seorang muslim dan dengan segala keterbatasan saya, masih berusaha menjalankan semua syariat Islam dengan baik 2. Apakah Anda seorang pengikut Anand Krishna? Jawab: sepengetahuan saya Bapak Anand Krishna tidak pernah merekrut pengikut. Dan bahkan ketika saya menulis tulisan ini, sudah kurang lebih tujuh tahun saya tidak pernah bertemu dengan beliau dan tidak pernah datang ke Anand Ashram lagi. 3. Apa yang mebuat Anda tidak datang atau aktif belajar di Anand Ashram lagi? Jawab: Selama saya aktif, bisa dibilang saya datang beberapa kali dalam seminggu. Hal itu dimungkinkan karena saya masih belum berumah tangga. Ketika saya memutuskan untuk menikah, saya memutuskan untuk konsentrasi bekerja untuk menafkahi anak dan istri saya. Hipnotis dan Cuci Otak di Anand Ashram? Dari pengalaman saya ketika saya memutuskan untuk menikah dan “keluar” dari Anand Ashram. Semuanya berjalan dengan normal. Bahkan penggunaan kata “keluar” mungkin juga tidak cocok, karena tidak ada keanggotaan di Anand Ashram. Tidak ada proses masuk. Di Anand Ashram Kami diajari berbagai teknik meditasi – sebuah proses mengenal diri. Kami juga diajari tentang teknik untuk menjaga kesehatan misalnya dengan Yoga dan Neo Zen Reiki. Hal ini tentu membantah isu adanya hipnotis atau brainwash di Anand Ashram. Karena jika memang benar adanya cuci otak atau hipnotis di Anand Ashram, maka tentu tidak mungkin saya bisa “keluar” dari Anand Ashram. Sudah pasti saya akan terus terikat. Kenyataanya justru sebaliknya. Teknik Meditasi yang saya pelajari justru membebaskan! Saya terbebas dari beberapa “conditioning” yang bahkan sebelumnya tidak saya sadari. Jika saya bandingkan dengan gerakan yang pernah saya ikuti, waktu saya putuskan untuk berhenti dan keluar – (karena untuk masuk ada proses hijrah dan baiat) – saya beberapa kali mendapatkan teror dan bahkan ancaman akan dibunuh – terutama jika gerakan tersebut suatu saat muncul dan Berjaya. Jika bisa saya mengambil sebuah kesimpulan tidak pernah ada paksaan di Anand Ashram. Apa yang diajarkan oleh Bapak Anand Krishna tidak pernah ada yang disembunyikan. Semuanya bisa dibaca dari buku buku beliau yang banyak diterbitkan oleh Gramedia. Bagi saya, Beliau adalah seorang tokoh yang luar biasa. Beliau –diakui atau tidak- sedikit banyak telah membawa pencerahan dan damai di Indonesia. Pemberitaan di media saat ini yang menyudutkan Bapak Anand Krishna dan Anand Ashram telah berkembang dengan sangat tidak adil. Hal itulah yang mendorong saya untuk menulis tulisan ini. Tulisan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Semoga jaya Indonesia Raya! Yuan Yudistira Kamis, 4 Maret 2010 – 10:54 wib |