DENPASAR, NusaBali
Minggu, 26 Februari 2006
Di tengah-tengah gencarnya berbagai komponen masyarakat Bali menolak RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (APP), ada dukungan dari seorang tokoh dunia. Adalah Anand Krishna, tokoh humanis dan spritual asal India juga menyatakan menolak dengan tegas RUU tersebut diundangkan.
Menurut Anand, RUU APP ini mengancam integritas bangsa. RUU tersebut dikatakan tidak sesuai dengan karakter dan kebudayaan yang berbeda-beda di tiap tempat di Indonesia. Tampil sebagai pewacana tunggal di Laksmi Graha, Singaraja, Sabtu (25/2) dalam acara Temu Hati, Anand Krishna mengungkapkan, kebebasan berekspresi manusia di Indonesia harus dilindungi selama itu dalam koridor pandangan yang benar. Dan yang paling penting, budaya bangsa Indonesia yang sangat majemuk sulit untuk menetapkan batasan pornografi. Kebiasaan orang di Papua dengan telanjang dan hanya memakai koteka adalah kebudayaan asli dari suku setempat, dan jika itu dilarang, musibah bagi negeri ini. Begitu pun yang ada di Bali.
Sementara anggota DPD Bali I Nyoman Rudana kepada NusaBali, Jumat (24/2), mengatakan akan membawa penolakan masyarakat Bali terhadap RUU itu ke sidang DPD bersama wakil asal Bali lainnya, seperti I Wayan Sudirta, Ida Bagus Agastya dan Ida Ayu Sagung Mas.
Menurut Rudana seni di Bali akan mati total. Bali akan terjebak dengan kekuasaan undang-undang. Menurutnya, sebelum ada RUU pornografi, sudah ada KUHP yang mengatur pornoaksi dan pornografi itu. “Kita akan berjuang agar (pembahasan RUU) distop saja. Lebih baik hal-hal yang lain saja dibahas dan lebih penting, sebab sudah ada undang-undang lain yang mengatur pornografi itu,” ujarnya. Bagaimana kalau RUU itu jadi disahkan? “Kita akan usulkan, agar Bali diberikan pengecualian. Harus ada otonomi khusus untuk Bali, kalau RUU itu diberlakukan. Kalau tidak Bali akan terkekang,” ungkap mengaku salut dengan perjuangan komponen masyarakat Bali ke Jakarta.
Kalangan anggota DPRD Denpasar juga menyatakan penolakan terhadap RUU tersebut. Anggota komisi B DPRD Kota Denpasar, dari Fraksi PDIP, I Wayan Kariartha misalnya melihat RUU itu akan berdampak besar terhadap turis di Bali. Sebab secara tak langsung bule-bule yang terbiasa dengan pakaian seksi di tempat-tempat rekreasi akan terkekang. Bali ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Pariwisata Bali diterjang bom sudah terkoyak. Kini lebih parah lagi. “Ini lebih dasyat dari Bom Bali lho,” ujar suami wanita asal Australia bernama Melody ini.
Soal dampak Bom Bali juga disinggung oleh Anand Krishna. Ia menyentil biang kerok yang membuat Bali hancur, yaitu dentuman dua kali bom di Kuta. Namun ia menekankan, apa yang terjadi pada waktu itu adalah cermin orang-orang yang tidak mengenal agama.
“Saya tidak yakin, Imam Samudra, Amrozy Cs membuat Bali hancur dengan bom karena alasan agama. Justru buat saya dia bukanlah orang yang beragama dan harus segera diseret ke lapangan untuk menerima tembakan mati,” tegas Anand Krishna.
Sumber: http://www.nusabali.com/opendoc.php?page=0&id=14598&date=2006-03-03%2005:46:26