Dialogue Interaktive : RRI
11 November 2006 pukul 07.00 Wita
“Agama Yang merawat Alam”
Moderator : Pelestarian alam dan lingkungan Bali saat ini sebatas wacana. Masyarakat pendukungnya sudah mulai tidak mempedulikan keadaan lingkungan dan alam karena lebih berorientasi pada materi sesaat. Kini kita lihat keadaan lingkungan Bali yang semakin rusak. Air bersih sudah sangat sulit didapat, hutan sudah bopeng dan sangat sulit untuk mengembalikannya seperti sedia kala. Bagaimanakah langkah kita selanjutnya agar keadaan seperti ini tidak terus berlangsung? Berikut ini kita akan memperbincangkan hal ini dengan Bapak Anand Krishna tokoh Spiritual Lintas Agama, dan mendengarkan saran-saran Beliau bagi kita bersama.
Anand Krishna : Pertama-tama kita harus kembali kepada akar Budaya Nusantara dengan ajaran-ajaran yang sudah ada dalam agama Hindu, dan agama-agama lain. Kalau kita telusuri lebih lanjut, harus ada suatu perubahan mindset dalam diri kita. Sesungguhnya sejak dahulu kita sudah mengenal konsep-konsep Budaya kita seperti Tat Wam Asi.Bung Karno sendiri mengagumi konsep-konsep itu dan pernah menjadi motto departemen sosial. Konsep Tat Wam Asi ini mengajarkan kepada kita agar tidak melihat kehidupan ini hanya satu sisi melainkan melihat kehidupan ini dimana-mana. Dan tidak melihat kehidupan hanya pada manusia saja. Tetapi melihat kehidupan dalam sesama mahkluk hidup dan di mana-mana adalah kehidupan. Ini mendukung konsep relativitas yang ditemukan oleh Albert Einstein bahwa energy itu terdapat di mana-mana.
Ketika kita membedakan dunia dari akherat atau membedakan ini adalah urusan spiritual dan ini adalah urusan dunia bisa terjadi penyalahpahaman. Kemudian kita dengan kecenderungan apabila saya ada masih dengan dunia saya maka saya akan bisa minta maaf dengan Tuhan dengan melaksanakan ritual ritual dan dari ritual ini Tuhan akan memaafkan saya. Ini keliru total karena seperti yang kita kenal di Bali kita mengenal hukum sebab akibat atau hukum fisika aksi reaksi dan proporsinya sama. Apabila kita merusak alam maka alam akan bereaksi setimpal. Ini perlu kita pahami kembali bahwa apapun yang saya lakukan kepada alam maka alam tidak punya pilihan lain selain menjawab saya atas apa yang kita lakukan selain merespon balik.
Seperti saat terjadi Tsunami, kita harus meneliti lebih lanjut apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi. Ssat ini di Barat ada penelitian yang menghebohkanbelakangan ini yaitu tentang pengaruh emosi manusia terhadap air. Air memiliki kemampuan untuk merekam dan silica gel fith yang untuk bahan baku micro chip itu seluruhnya air. Begitu juga dengan badan manusia. Air ini merekam semua pikiran manusia. Dan ketika ada banjir atau tsunami itu adalah reaksi pengaruh pikiran mnusia itu sendiri. Ada kekerasan yang terproyeksi pada air dan air itu akan menyerang manusia kembali.
Seperti tadi pagi saya menonton bahwa sedang diadakan gladi resik untuk anti warning tsunami. Sesungguhnya manusia Bali bisa melakukan menunda bahkan meniadakan tsunami itu dengan merubah diri, merubah emosinya,merubah cara pandangnya dan alam akan bereaksi dengan cara yang sama. Ini yang harus kita renungkan kembali.
Moderator : Apakah ada upaya yang mesti dilakukan konsep-konsep jitu bagi Bali sendiri?
Anand Krishna : Pertama-tama kita harus mengadakan aproach secara holistik terhadap seluruh permasalahan ini.Tidak bisa departement PU melakukan sendiri, departement kesehatan berjalan sendiri, departement lingkungan hidup berjalan sendiri. Tidak bisa dengan cara itu. Misalnya di Bali apakah Bali memerlukan Ruko sebanyak itu? Ini pertanyaan yang selalu menghantui saya. Jadi kalau kita turun dari pesawat dan berjalan sepanjang Kuta kita bisa melihat ruko-ruko kosong sebanyak itu yang membebani perbankan karena uangnya tidak berputar. Dan ruko-ruko ini merusak lingkungan. Kita tidak butuh ruko seperti itu. Harus ditangani secara komprehensip.tidak bisa soal ruko ditangani siapa, soal lingkungan hidup ditangani siapa begitu.
Bahkan keagamaan, bagaimana kita memahami keagamaan itu sendiri kita tidak merusak lingkungan atas nama agama kita tidak merusak species-species yang dilindungi atas nama agama. Kita harus mulai memahami agama secara bijak dengan konsep dasar dalam ajaran Hindu yaitu ada aksi ada reaksi. Ketika saya membunuh seekor kucingpun itu ada reaksinya. Saya tidak bisa bebas begitu saja dari pembunuhan itu, kemudian jika kita merusak lingkungan kita kita tidak bisa bebas dari reaksi lingkungan tersebut. Perencanaan seluruh Bali itupun harus Holistik kemudian ada perencanaan seluruh Bali ada suatu badan yang dapat mempertemukan seluruh sektor kemudian diambil suatu kebijakan yang baik bagi seluruh sektor termasuk ekonomi dan segalanya.
Moderator : Kuncinya kita harus mengamalkan Tat Wam Asi untuk pelestarian alam ini.
(Penanya) Pak Begi : Saya kagum dengan konsep-konsep yang Bapak jelaskan. Kita harus memajukan manusianya bukan pembangunan fisiknya saja. Dengan konsep Ajeg Bali yaitu : aman, jujur, eling, gairah, budaya, lestari, indah. Bagaimana menurut Bapak?
Anand Krishna : Saya setuju 100% konsep Ajeg Bali yang dijabarkan oleh pak Beji dengan cara yang indah. Apa yang disampaikan oleh beliau ini adalah pemikiran saya juga. Kalau boleh saya menggarisbawahi adalah budaya dalam budaya ini semuanya ini sudah tercakup. Dalam budaya Bali sudah lengkap ketika dalam budaya Bali ada keindahan ada kejujuran ada pelestarian alam.
(Penanya) Kadek koncing : Asal usul Bapak? Di Bali khan sudah ada konsep-konsep agama Hindhu. Tetapi saat ini kerusakan alam kita terpicu oleh adanya perkembangan pariwisata. Mohon memberikan pencerahan kepada umat di Bali supaya mulat sarira dan supaya dapat kita renungi bersama.
Anand Krishna : Saya lahir di Solo Jawa Tengah, keturunan India.
Penelitian air banyak sekali , 70 % badan kita ini dari air. Ketika bulan purnama atau bulan mati air kita mengalami pasang surut. Begitu juga di tubuh kita ketika kita emosional termasuk darah akan meningkat ini scientifik sekali bukan tahayul. Para peneliti seluruh dunia mengakui bahwa pengaruh air terhadap manusia tidak bisa dielakkan lagi. Kemudian untuk Bali saya melihat bahwa semuanya sudah baggus hanya satu saja yaitu spirit di balik ritual. Yaitu spiritual yang perlu dipahami dengan baik dan di Bali banyak pedanda kita yang sudah memahami hal itu dan sedang berusaha untuk membangkitkan semangat dan pemahaman umat-umat Hindu dan masyarakat disini. Saya tidak memahami bagaimana setiap dosa yang saya perbuat itu dapat diganti atau diselesaikan dengan ritual. Ini paradigma yang harus diganti dirubah.
Saya tidak bisa membebaskan diri saya dari tanggung jawab karena saya salah kemudian saya melakukan ritual atau misalnya saya melakukan suatu tindakkan dimana Bedugul itu airnya menyusut tidak ada air lagi disana kemudian saya melakukan ritual besar-besaran disana, untuk minta maaf dari Hyang Widhi. Ini adalah suatu kesalahan besar. Ini bukan konsep Hindu. Konsep Hindu sangat ilmiah dan scientific sekali dan itu tidak bisa dielakan hanya dengan mengadakan ritual dan kita minta maaf dan selesai perkaranya sudah.
Kalau kita memahami spirit dari ritual itu mengapa kita mengadakan di tepi pantai di tepi sungai karena kita menghormati air, kita menghormati pohon tidak menebang sesenaknya. Jadi kita harus memahami spirit mengapa kita melakukan hal-hal yang kita lakukan sejak ribuan tahun bahkan sebelum adanya agama Hindu sudah menjadi adat budaya Bali, adat budaya Nusantara. Ini yang harus kita pahami.
Moderator : Memang luar biasa kalau kita renungkan apa yang dikatakan oleh Bapak Anand Krishna ini. Hubungan semesta alam dengan hubungan manusia ini.
(penanya) Gus Suteja : Dalam ajaran agama Hindu ada Catur Yoga? Bagaimana hub meditasi Yoga dengan pemberdayaan Lingkungan. apakah kesadaran lingkungan bisa dicapai dengan meditasi?
Meditasi cenderung membuat orang menyepi dan menghilangkan stres bahkan saat ini untuk pengobatan bukan menjadikan gaya hidup melahirkan kebijakan publik yang dengan gaya hidup seseorang dengan pencitraan diri. Sehingga meditasi kurang meneliti daya guna dengan lingkungan hidup atas dasar kebersamaan yang bersifat dinamis dalam percepatan pembangunan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesadaran disiplin etika moralitas untuk hidup dalam bumi ajeg Bali.
(penanya) Pania : Menurut sejarah kalau kita bepergian lewat semadi tidak perlu pakai mobil, pesawat. Jaman dulu dan sekarang sudah berubah. Sekarang lapisan ozon sudah lubang besar dan pengaruhnya terhadap air kemana-mana. Itu semua dampak dari manusia itu sendiri. Secara global terjadi dimana-mana. Apakah cukup kita tanggulangi di Bali saja sesuai dengan ajaran agama saja apakah cukup untuk sekala global?
Anand Krishna : Pertanyaan pak Suteja ini menyedihkan bagi saya. Ini adalah kegagalan kita para pemuka agama, rohaniawan untuk menjelaskan. Ini adalah kegagalan saya pribadi bahwa kita tidak bisa memberikan pemahaman yang betul tentang meditasi. Saya ingin mengajak pak Suteja untuk membaca Baghavadgita.
Ajaran yoga dan meditasi yang tertinggi itu ada dalam Bagavadgita. Dan disitu Krishna mengajak Arjuna untuk berperang dan Bhagavadgita diberikan di medan perang bukan untuk melarikan diri seperti yang Bapak Suteja katakan tadi. Kegagalan para rohaniawan dan kegagalan saya pribadi bahwa ada seorang suteja yang bingung. Menerjemahkan meditasi itu seperti apa. Seolah-olah meditasi itu mengajak kita untuk ke Hutan kemudian berpisah dari dunia. saya harus minta maaf kepada pak Suteja bahwa selama ini atas nama para rohaniawan kegagalan saya adalah memberikan pengertian yang sebenarnya kepada masyarakat/ warga kita. Meditasi tidak pernah mengajak kita untuk melarikan dii. Ajaran Karma Yoga, Raja Yoga semua itu ada dalam Bagavadgita dan mengajarkan kepada Arjuna untuk silahkan berperang. Berperang untuk menegakkan keadilan, menegakkan dharma dan sebagainya.
Penanya kedua, apakah bila kita menyelesaikan persoalan di Bali persoalan di dunia akan selesai? Ya akan selesai!! Langkah pertama itu harus diambil dari diri kita sendiri. Itu adalah ajaran Hindu yang tertinggi. Sebelum mengurusi orang lain kita urusi diri sendiri. Seorang pemikir dari Barat George W Parsa mengatakan Wahai orang bodoh kamu tidak usah membuat pintar seluruh dunia. Kalau kamu membuat dirimu pintar dunia ini akan kekurangan satu orang bodoh. Kita mulai dari diri kita sendiri. Begitu kita berbuat baik maka orang lain akan mencontohi saya. Bali akan dicontohi oleh seluruh masyarakat Nusantara. Dan Nusantara kita adalah sebuah archiepelago yang memiliki 17.000 pulau bukan negara kecil. Apa yang kita lakukan disini bisa menjadi contoh di seluruh dunia. Apapun langkah pertama harus diambil oleh diri kita sendiri. Sambil menyuarakan kepedulian kita terhadap apaun yang terjadi di luar.
Lapisan ozon yang terjadi karena lapisan Ozon dan sebagainya, saya ingin mengingatkan Bapak bahwa istilah pesawat terbang itu sudah ada dalam kisah Ramayana sebagai itihasa atau sejarah di dalam agama Hindu. 10.000 tahun sebelum masehi sudah ada orang yang memiliki wiman dan wiman itu adalah istilah pesawat terbang. Ada juga cerita tentang mandara giri dalam tradisi Hindu dimana samudra itu dibersihkan mengalami cleansing. Berarti airnya tercemar, bagaimana airnya bisa tercemar apabila tidak ada radiasi atau hal-hal yang membuat air itu tercemar? Itu belum pernah terjadi hingga sekarang. Itu terjadi uluhan ribu tahun yang lalu waktu itu tercemar seluruhnya sehingga harus ada upaya Sura dan Asura orang jahat dan orang baik dua kubu yang saling terpisah ini harus bersatu untuk kebaikan dunia.
Ada kebutuhan bagi ini dalam masyarakat kita bahwa ini bukan sekedar dongeng tapi sebagai bagian bagi kebudayaan kita dimana barangkali bisa dijadikan fiksi atau dongeng tapi bila kita tarik kebelakang ada itihasanya atau nilai sejarahnya di balik kisah-kisah itu.
(penanya) Oka Suamba : Lingkungan Hidup perlu sekali kesadaran ini karena manusia tidak bisa lepas dari lingkungannya karena lingkungan memberikan kehidupan kepada lingkungannya. Masalahnya manusianya mau tidak mengerti kalau tidak memelihara itu merugikan dirinya sendiri. Sebagai Rohaniawan tentu Bapak banyak pengalamn tentang rohani. Apakah banyak kehidupan di Planet lain pak? Seperti yang saya baca di majalah dan koran ditemukan piring terbang di Amerika dll. Kalau ada kehidupan di planet lain dan semesta ini luas sekali tentu kita bisa belajar dari kehidupan palnet itu sendiri. Sehingga lebih arif dan tidak terjadi perang bukan perang phisik saja juga perang agama. Kita banyak suku bangsa dan lain2.
(penanya) Pak Jodog : Mengapa Bali dalam keadaan seperti saat ini? Karena kebodohan dan ketidaktahuan masyarakat Bali menerima ajaran dari leluhur kita. Setiap hari raya kita diajarkan untuk merenung melihat kebelakang apkaah yang kita lakukan adalah suatu kemajuan suatu kemunduran masyarakat Bali. Maukah kita menertawakan diri kita sendiri? Sepanjang kita tidak mau menertawakan diri kita sendiri kita tidak akan belajar dari pengalaman kita. Saat ini Bali jauh dari saat tahun 50-an. Industri yang dibangun tentu ada limbah yang dihasilkan. Begitu juga di Bali limbah dari pariwisata tidak pernah di antisipasi dan dipikirkan.
(penanya) Pak Maya : Ada beberapa pandangan bahwa Pembangunan saat ini ada Antroposentric yang berpusat hanya semata-mata pada manusia dan mengabaikan alam semesta dari makhluk-makluk lainnya. Dan ada pandangan Theosentris berpusat pada Tuhan. Rabrindranath tagore mengatakan idealisme Timur dan Barat dapat digabungkan menjadi satu sintesa yang dapat dikembangkan. Ada pandangan Tekhnologi yang belum jenuh. Bagaimana menurut Bapak mengenai pandangan ini dan konteksnya agar mengarah pada pembangunan yang lebih baik.
Anand Krishna : Pemahaman kita dan perubahan pada paradigma kita dalam menyikapi Tsunami dan bencana alam. Semoga tidak terjadi di Bali. Kalau kita sudah sadar dengan terjadinya dan berusaha memperbaiki diri maka alam akanmencatat hal itu. Pertama-tama kita harus mempebaiki paradigma kita, kalau terjadi gempa bumi jangan sekali-kali mengatakan bahwa ini adalah ujian dari Tuhan. Tuhan banyak pekerjaan lain dan bukan hanya menguji kita sendiri. Kita meraih apapun yang menjadi hasil yang kita usahakan sendiri sehingga kita menjadi lebih bertanggung jawab.
Kita tidak sedikit-sedikit mencari Tuhan. Dan yang saya kagumi ketika terjadi Bom Bali yang pertama pak Ketut Wiana dari Parisadha ini mengatakan terjadinya bom Bali ini membuat kita harus instrospeksi diri. Apa kesalahan yang kita lakukan sehingga terjadi Bom seperti ini. Dan itu betul sekali ada pandangan seperti itu. Kalau terjadi bencana kemarau kekeringan, kelaparan atau apa, bukan karena Hyang Widhi mencoba kita bukan dengan mengadakan ritual lalu kita bisa lolos dari semuanya itu. Kita harus memahami spirit di balik ritual. Ritual silahkan dilakukan. Tetapi ritual harus bisa membuat kita menghormati air, api, tanah, angin,energy dan lain-lain. Menghormati seluruh lingkungan hidup alam, bedugul harus kita selamatkan. Dengan cara ini alampun juga akan bertindak secara bijak
Menurut Steven Hawkins bahwa alam kita ini berkembang terus jadi alam bukan tercipta pada suatu ketika kemudian berhenti dari penciptaan seperti yang dipahami dan berkembang di Timur tengah. Tidak seperti itu. Alam kita ini berkembang terus setiap hari alam kita ini sedang mengadakan ledakan2 menciptakan dunia2 baru di alam sejenis penciptaan seperti dunia kita. Jadi kita tidak tahu ada beberapa banyak dunia seperti kita. Tetapi persoalannya apakah semua dunia itu ingin hidup damai seperti yang diharapkan tadi saya juga tidak yakin karena ada aksi ada reaksi kecuali seluruh umat manusia menjadi sangat bijak tiba-tiba kemudian selesai perkaranya kemudian tidak ada dunia barangkali karena semuanya memnjadi baik2 saja.
Adanya Rwa Bhineda adanya bhineka Tunggal Ika, adanya kebaikan keburukan saya kira sampai akhir jaman akan ada dan kita disuruh memilih. Kamu memilih yang mana dharma atau adharma, kebaikan atau keburukan.
Kemudian penanya tentang Bali tahun 50-an tahun 70-an sangat indah, saya setuju dengan bapak. Apa yang beliau rindukan Bali jauh lebih indah tahun2 itu. Saya mengharapkan ada pemimpin seperti almarhum pak Mantra mantan Gubernur. Dia melihat pembangunan dalam konteks budaya Bali. Bukan Cuma menjual Bali sekedar mencari materi. To sale Bali mengapa kita harus menjual Bali? Mari kita menumbuhkembangkan ekonomi di pulau kita sendiri sehingga ketergantungan pada pariwisata harus dikurangi. Pertama ketergantungan pada paiwisata luar negeri dan dalam negeri. Tumbuh kembangkan ekonomi riil Bali dimana kembang tidak harus diimport dari luar Bali. Lahan pertanian harus dikembalikan pada proporsi yang sama. Pembangunan di ubud harus sgr dihentikan. Sawah-sawah yang begitu indah menjadi hotel dan bangunan. Kalau kita sadar hari ini maka kita tidak terlambat.
Pertanyaan terakhir tadi. Mengutamakan Tuhan dalam pembangunan dan sintesa dari Tagore. Ini menarik sekali. Dan Hindu mempunyai jawaban. Hindu tidak pernah memisahkan manusia dari Tuhan. Ini yang kita lupa. Hindu menempatkan hubungan manusia dan Tuhan sebagai Bulan dan rembulan seperti ombak dan lautan. Kalaupun ada istilah ombak ada istilah rembulan itu tidak ada kalau tidak ada bulan dan lautannya. Kalau kita melihat seperti itu tidak bisa dibedakan manusia dengan Tuhan kemudian alam semesta adalah playground atau dalam istilah sansekerta adalah dharma setra, karma setra sehingga kita menjadi bijak dalam menempatkan hal ini.