Dalam Acara Sufi Mehfil, Sabtu 19 Mei 2007, yang juga dihadiri oleh teman-teman dari National Integration Movement (NIM) dan Sai Center-Jakarta, Guruji Anand Krishna kembali mengungkapkan kegelisahan beliau tentang kondisi bangsa Indonesia saat ini. “Bila keadaan tidak membaik, maka tidak perlu menunggu sampai tahun 2020 seperti ramalan sebuah laporan dari Amerika, Indonesia akan terpecah belah dengan sendirinya,” kata Guruji dengan penuh kesedihan.
Banyak bangunan dan hotel-hotel baru di Bali yang dibangun dengan konsep minimalis. Ada pahatan, tapi tidak ada patung. Padahal budaya Bali penuh dengan karya-karya patung yang indah. Tapi karena tidak ada patung, maka banyak bangunan kemudian dibeli oleh orang-orang asing, terutama timur-tengah. Para pemahat Bali pun sedikit demi sedikit mulai kehilangan order pembuatan patung. Dalam 50 tahun, keahlian mereka akan hilang dan budaya Bali pun akan punah dengan sendirinya. Itukah yang kita kehendaki?
Setelah berkal-kali keluar-masuk Masjid, tahukah kita arti dari kata Masjid? Masjid berarti tempat untuk bersujud, dan dalam bahasa Persia disebut Sajadah. Nabi Muhammad tahu persis bahwa karakter orang-orang Arab sangat keras sehingga beliau menciptakan sebuah tempat untuk bersujud, sebuah tempat untuk meletakkan ego, untuk melembutkan hati mereka, yang disebut Masjid. Al-quran pun dengan jelas mengatakan bahwa kita diharapkan untuk khusyuk dahulu, baru melakukan sholat. Tapi sekarang, kita justru melakukan sholat untuk mendapatkan khusyuk. Begitulah kekurangpahaman kita sehingga kita berubah menjadi orang-orang yang keras, kaku dan insensitif terhadap sesama maupun lingkungan sekitar kita.
Jadi “Wahai Ksatria, apa lagi yang kau ragu?” seru Guruji kepada para anggota NIM yang sedang mengikuti Retreat NIM 17-20 Mei 2007. “Tidak ada satupun aksi yang tidak melahirkan reaksi. Saya jamin!,” tambah Guruji ketika menjelaskan bahwa semua aktivitas NIM bagi Ibu Pertiwi pasti akan berbuah. Tinggal dua urusan yang harus kita selesaikan dahulu, yaitu : Ego, terutama untuk para pria dan Iri Hati, terutama untuk para wanita.
Guruji juga menjelaskan bahwa NIM bukanlah LSM biasa karena landasan NIM adalah spiritual. Untuk mengembangkan NIM, maka landasannya itu harus diperkuat. “Kontrak” yang NIM dapatkan dari Tuhan akan ditarik kembali bila landasan-nya runtuh. Ketika spiritualitas kita meningkat, maka itu akan menjadi landasan bagi kita dalam mengembangkan organisasi NIM. Jadi kita harus selalu mengurusi diri sendiri dahulu sebelum mengurusi negeri ini. Tapi Guruji juga mengingatkan bahwa segala keberhasilan NIM selama 2 tahun terakhir ini bukanlah terjadi karena kita, tapi karena Tuhan. “This is not our doing,” ucap Guruji dengan tegas sambil menambahkan bahwa semua yang kita lakukan haruslah disertai dengan semangat PERSEMBAHAN.
Semua kegiatan yang diselenggarakan baik oleh Anand Ashram, dan NIM sebenarnya ditujukan untuk memberikan “nutrisi” bagi berbagai lapisan kesadaran kita. Misalnya, Diskusi bulanan kebangsaan ditujukan untuk memberdayakan lapisan intelegensia, Yoga untuk lapisan fisik, dan Bhajan untuk lapisan emosi. Minat baca pun harus dimunculkan untuk menambah wawasan karena bila hanya mengandalkan dari menonton TV, maka imaginasi kita tidak berjalan karena program-program TV selalu disajikan secara utuh sehingga meminimalisasikan imaginasi yang berakibat minim-nya kreatifitas dan rasa.
Guruji juga mengumumkan bahwa sebentar lagi sebuah Sangga akan didirikan. Tapi sebelum kita masuk ke dalam Sangga, kita perlu merenungkan apa-apa saja yang menjadi dasar pemikiran kita. Apakah kita mau lahir-mati lagi untuk kehidupan kali ini seperti cacing-cacing yang hidup dan mati di saluran-saluran pembuangan air, atau kita punya keinginan untuk meneruskan perjalanan spiritualitas kita?